TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Komite Tetap Pengembangan Industri Pangan Kamar Dagang Industri (Kadin) Adhi S. Lukman mengatakan outlook industri makanan dan minuman tahun 2017 meningkat. "Meski era digital, masyarakat enggak kenyang kalau cuma canggih dalam teknologi," kata Adhi di hotel Ritz-Carlton, Pacific Place, Jakarta, pada Kamis, 7 Desember 2017.
Adhi mengatakan 50 persen penghasilan masyarakat secara umum habis untuk kebutuhan makan dan minum. "Offline atau online, makanan tetap menjadi kebutuhan masyarakat," katanya.
Lebih lanjut, ia mengatakan kebutuhan masyarakat akan bahan pangan olahan berkisar 36 persen.
Adhi yang juga Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI) menuturkan, meski terjadi pertumbuhan signifikan pada sektor industri makanan dan minuman, outlook pada 2017 menunjukkan adanya anomali.
Baca: Kadin Usul Hapus PPN agar Daya Beli Naik, Ini Kata Sri Mulyani
Ia mencontohkan, dahulu puncak penjualan produk pangan olahan terjadi saat menjelang Lebaran. Tahun-tahun sebelumnya, saat kembali ke kampung halaman untuk merayakan Lebaran, oleh-oleh yang dibawa adalah makanan dan minuman. "Zaman sekarang yang dibawa untuk oleh-oleh itu smartphone," kata Adhi.
Karena itu, ia mengatakan ke depannya, harus antisipasi dengan tak mengandalkan puncak penjualan saat peak season.
Ia berujar industri makanan dan minuman juga sempat alami penurunan saat semester pertama. Dia mengatakan ketersediaan bahan pangan kadang berlebih dan kadang malah kurang, sehingga harga fluktuatif. "Cuaca dan sistem logistik cukup bermasalah."
Terkait dengan pertumbuhan industri makanan dan minuman pada tahun depan yang merupakan tahun politik, Adhi optimistis pertumbuhannya naik 7 persen. "Berdasarkan pengalaman tahun politik sebelumnya, makanan dan minuman sangat dibutuhkan untuk didistribusikan pada audiens saat proses kampanye."
JENNY WIRAHADI | MWS