TEMPO.CO, Jakarta -Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti untuk pertama kalinya melakukan kunjungan kerja ke Tegal, Senin, 13 November 2017. Susi yang sedianya datang pada siang hari, baru tiba malamnya. "Tadi siang cuaca hujan deras, jadi tadi sempat berhenti dulu di Cirebon dan saya bersyukur malam ini bisa hadir di sini," kata Susi dalam sambutannya.
Susi saat itu mengungkapkan alasannya melarang nelayan memakai alat tangkap cantrang. Selain karena merusak lingkungan, menurut Susi, cantrang juga tidak sepenuhnya membuat nelayan sejahtera. "Kami ingin nelayan itu taraf hidupnya meningkat. Kalau masih pakai alat tangkap seperti yang sekarang ini, paling-paling dapatnya mata goyang, kuniran, yang kecil-kecil itu," kata Susi.
Susi meminta kepada para nelayan di wilayah Pantura Jateng untuk belajar kepada nelayan yang ada di luar jawa seperti di Sumatera dan Sulawesi. Di sana, menurut dia, para nelayannya sudah sejahtera karena sekali melaut dapat ikan yang besar dan mahal. "Sekali tarik bisa 30 ton, dijual bisa dapat berapa juta itu. Bahkan saya dengar di Sumatera sekali tarik bisa 100 ton," ujarnya.
Dia mengaku prihatin dengan kondisi nelayan di Pantura seperti Tegal, Juwana, dan Rembang. Hasil tangkapan ikannya tidak semaju di daerah lain. "Di pantura itu masih berantem terus. Kalau saya melakukan pelarangan alat tangkap bukan melarang menangkap ikan. Tapi supaya panjenengan (Anda) tidak cuma dapat ikan sing regane (yang harganya) Rp 5000-3000 perak," jelas dia.
Susi Pudjiastuti kembali menegaskan regulasi yang diterbitkan olehnya semata-mata untuk kepentingan bersama. Misalnya soal penindakan terhadap kapal asing berdampak pada melimpahnya stok ikan di perairan nusantara. Tiga tahun lalu, kata dia, stok ikan di perairan indonesia hanya 6,5 juta ton. "Sekarang bisa sampai 12,5 juta ton. Jadi ikan kita itu sekarang sangat melimpah, silakan ditangkap tapi dengan cara yang benar," kata dia.
Kedatangan Susi Pudjiastuti ke Tegal sebenarnya disambut aksi demonstrasi oleh ratusan nelayan. Mereka memprotes kebijakan Susi tentang larangan penggunaan cantrang. Mereka menilai keputusan itu dilakukan sepihak tanpa melibatkan nelayan.
"Karena itu kami sebenarnya ingin dialog dengan ibu menteri. Kami tawarkan harus ada uji petik. Sekarang kami lebih longgar, jika memang cantrang dilarang, solusinya apa? Kami ingin win-win solution," kata Riyono, Ketua Aliansi Nelayan Indonesia (ANI), Senin sore.
Namun permintaan dialog nelayan itu tidak digubris oleh Susi Pudjiastuti. Agenda pertemuan dengan nelayan yang sedianya dilakukan pada siang sampai sore hari batal. Ketika ditanya wartawan soal permintaan nelayan itu, Susi tak mengeluarkan satu kata pun alias tidak menanggapinya.