TEMPO.CO, Washington -Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan memastikan kesiapan Indonesia sebagai tuan rumah IMF-Wolrd Bank Annual Meeting 2018. Pertemuan ini disebut sebagai perhelatan internasional terbesar yang akan diselenggarakan di Nusa Dua, Bali.
"Ini akan menjadi yang terbesar yang pernah kita buat. Saat ini sudah sekitar 15 ribu peserta yang terdaftar," kata Luhut dalam konferensi pers di kantor pusat Bank Dunia di Washington DC, Kamis, 12 Oktober 2017. Ia bahkan memperkirakan agenda ini bisa menyedot sampai 20 ribu peserta dari 189 negara anggota Dana Moneter Internasional (IMF).
Konferensi pers sore hari itu dihadiri pula oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo, dan sutradara film Livi Zheng. Livi diundang sebagai sutradara asal Blitar, Jawa Timur, yang kini berkiprah di Amerika Serikat. Film terakhirnya banyak mengambil latar budaya dan alam Bali yang terkenal sangat indah. "Kami mengundang semua untuk datang dan menikmati Bali. Sisakan beberapa hari atau beberapa minggu tambahan setelah pertemuan IMF dan Bank Dunia. Karena bagi kami orang Indonesia saja, setiap hari kami bisa menemukan hal baru dengan menjelajahi negeri kami yang luar biasa," ujar Livi.
Luhut hadir dalam kapasitasnya sebagai pejabat yang ditunjuk Presiden Joko Widodo sebagai koordinator komite penyelenggara acara akbar ini. Menurut Luhut, semua hal telah dipersiapkan. Hotel dan penginapan beserta fasilitas pendukung sudah dipesan. Demikian juga dengan pengamanan dan sebagainya. "Hanya satu yang kami tak sanggup memastikan: yakni apakah Gunung Agung akan meletus atau tidak. Dan bukan hanya kami, tidak ada siapa pun yang bisa memastikan hal seperti ini."
Gunung Agung yang berlokasi di Karangasem, Bali, adalah gunung yang aktif dan dalam sebulan terakhir menunjukkan kenaikan aktivitas vulkaniknya. Statusnya sempat naik menjadi "waspada" dan penduduk dalam radius 12 kilometer dari kawahnya sudah diungsikan saat ini. Ada kekhawatiran, jika jadi meletus, hal ini sedikit-banyak akan berpengaruh pada agenda tersebut.
Y. TOMI ARYANTO (Washington DC)