TEMPO,CO. Jakarta - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara menyatakan pelemahan nilai tukar mata uang terhadap dolar Amerika Serikat tidak hanya terjadi pada rupiah. Tercatat, kurs mata uang rupee India, yen Jepang, dan dolar Singapura juga jeblok.
"Rupee India melemah 0,4 persen, yen Jepang melemah 0,33 persen, dan dolar Singapura melemah 0,32 persen hari ini," katanya di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Selasa, 3 Oktober 2017. "Ini global." Sedangkan nilai tukar rupiah kini melemah di kisaran Rp 13.500-an per dolar Amerika.
Baca: Tertekan Sejumlah Sentimen, Kurs Rupiah Diprediksi Melemah
Mirza mencatat penguatan dolar Amerika juga terjadi pada akhir bulan lalu dan berimbas terhadap sejumlah mata uang. Pada 20 September, misalnya, rupiah tercatat melemah 2,2 persen. Pelemahan terhadap dolar Amerika juga dialami yen sebesar 1,7 persen dan dolar Singapura 1,6 persen.
Menurut Mirza, penguatan dolar Amerika merupakan imbas dari rencana Presiden Amerika Donald Trump memangkas pajak. Walau belum komprehensif, Mirza menilai, jika diterima kongres dan senat, rencana itu bisa menjadi harapan bagi pertumbuhan ekonomi Amerika.
Baca Juga:
Ekonomi Amerika, kata Mirza, bisa tumbuh lebih cepat lagi. Dampaknya, suku bunga akan meningkat pesat dan dolar terus naik.
Penguatan dolar Amerika juga didukung pernyataan Janet Yellen, Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat atau Federal Reserve The Fed, seminggu lalu. Dia menyatakan kemungkinan kenaikan suku bunga terjadi pada Desember.
Faktor apresiasi dolar Amerika lain, menurut Mirza, adalah spekulasi mengenai penggantian Gubernur The Fed. "Hal-hal ini, oleh pasar keuangan, dijadikan topik untuk 10 hari terakhir," katanya. Dia menuturkan dampaknya bergantung pada fundamental setiap negara.
Secara umum, Mirza menegaskan fundamental Indonesia dalam kondisi baik. Hal ini terlihat dari neraca pembayaran yang sehat, ekspor yang baik, serta balance of payment yang surplus.