Analis: Rupiah Besok Fluktuatif dan Bakal Ditutup Menguat
Reporter
Ervana Trikarinaputri
Editor
Grace gandhi
Senin, 26 Agustus 2024 21:43 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Analis sekaligus Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah masih akan bergerak fluktuatif esok hari.
“Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif, namun ditutup menguat di rentang Rp 15.370 hingga Rp 15.460,” kata Ibrahim dalam analisis rutinnya pada Senin, 26 Agustus 2024.
Nilai mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (dolar AS) ditutup menguat 53,5 poin di level Rp 15.438,5 pada perdagangan Senin sore, 26 Agustus 2024. Di penutupan sebelumnya, rupiah tercatat berada di level Rp 15.492 per dolar AS.
Penguatan kurs rupiah hingga tercatat menembus di bawah Rp 15.500 per dolar AS pada penutupan perdagangan hari ini masih dipicu oleh keadaan politik nasional yang mulai stabil akibat keputusan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk menganulir pengesahan revisi UU Pilkada.
Menurut Ibrahim, isu politik pada beberapa waktu terakhir sempat memengaruhi nilai tukar rupiah. Gelombang demonstrasi besar atas rencana pengesahan RUU Pilkada yang terjadi Kamis, 22 Agustus lalu sempat mendorong sentimen negatif di pasar.
Merespons kondisi ini, Ibrahim melanjutkan, Bank Indonesia (BI) menyatakan bahwa faktor politik saat ini tak lagi memberikan dampak yang signifikan bagi perekonomian nasional. Itu bisa dilihat dari tidak terlalu parahnya kontraksi yang dialami nilai tukar rupiah. Kemudian, kata dia, masyarakat Indonesia sekarang sudah dewasa dalam menanggapi dinamika politik nasional.
Lebih lanjut, fundamental ekonomi nasional saat ini juga sangat kuat, sehingga faktor politik tidak terlalu memberikan dampak signifikan bagi kinerja ekonomi nasional. Unsur-unsur fundamental ini antara lain pertumbuhan ekonomi yang sangat sehat, inflasi yang rendah, serta imbal hasil dari instrumen investasi yang tinggi.
Selanjutnya: Ibrahim menambahkan, hal tersebut dapat dilihat dari nilai tukar rupiah.....
<!--more-->
Ibrahim menambahkan, hal tersebut dapat dilihat dari nilai tukar rupiah yang tak terkontraksi terlalu dalam dan kembali menguat setelah sentimen global mulai mereda. Selain itu, secara domestik, pertumbuhan ekonomi hingga 5 persen dan tingkat inflasi sekitar 2 persen dalam jangka panjang menunjukkan ekonomi Indonesia mampu menopang dan menghadapi setiap gejolak yang ada.
Sementara merujuk data eksternal, Ibrahim menyampaikan, Ketua bank sentral AS The Federal Reserve Jerome Powell memberikan sinyal yang jelas bahwa pemotongan suku bunga AS yang telah lama diantisipasi akan terjadi bulan depan. Pada pidato utamanya di konferensi ekonomi tahunan Kansas City Fed di Jackson Hole, Wyoming, Powell mengatakan, "Sudah waktunya bagi kebijakan untuk menyesuaikan diri.”
Ini mengingat risiko kenaikan inflasi telah berkurang dan risiko penurunan lapangan kerja telah meningkat. Lebih lanjut, ujar Ibrahim, Powell mengatakan bahwa The Fed tengah melakukan segala yang mereka bisa untuk mendukung pasar tenaga kerja yang kuat saat mereka membuat kemajuan lebih lanjut menuju stabilitas harga. Dengan pengurangan kebijakan yang tepat, ada alasan kuat untuk berpikir bahwa ekonomi akan kembali ke inflasi 2 persen sambil mempertahankan pasar tenaga kerja yang kuat.
Ibrahim menuturkan, pelaku pasar pada hari Jumat terus bertaruh pada pemotongan suku bunga seperempat poin persentase pada pertemuan The Fed tanggal 17-18 September, dengan peluang sebesar 65 persen setelah pernyataan Powell. Namun, mereka memperkirakan peluang sekitar satu dari tiga untuk pemotongan suku bunga sebesar 50 basis poin yang lebih besar, naik dari peluang sebelumnya yang sedikit lebih dari satu dari empat.
Keadaan geopolitik internasional juga masih menjadi sorotan. Menurut Ibrahim, laporan media internasional mengatakan, gencatan senjata Gaza masih sulit dicapai dalam pembicaraan Kairo. Laporan media menunjukkan bahwa pembicaraan antara Hamas dan Israel di Kairo tidak menghasilkan kesepakatan untuk gencatan senjata selama akhir pekan, mengurangi peluang de-eskalasi dalam perang yang telah berlangsung selama 10 bulan.
Pejabat AS mengatakan pembicaraan itu konstruktif, meskipun kurangnya kesepakatan yang jelas merusak komentar optimistis sebelumnya dari pejabat AS. Namun, pembicaraan akan terus berlanjut dalam beberapa hari mendatang.
Pilihan Editor: Kemenlu akan Berkoordinasi dengan KBRI Myanmar dan Bangkok untuk Mengembalikan 11 Korban Online Scam ke Indonesia