Target Pembukaan Lahan Food Estate Humbang Hasundutan 1.000 Hektare, Anak Buah Luhut Gencar Gaet Investor

Senin, 30 Januari 2023 13:02 WIB

Kementan Akan Kembali Bangun Food Estate Berbasis Hortikultura | Foto: dok.Kementan

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah menargetkan pembukaan lahan hingga 1.000 hektare untuk megaproyek lumbung pangan atau food estate di Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara. Di lahan yang berbatasan dengan hutan lindung itu, sebanyak 215 hektare telah dibuka oleh Kementerian Pertanian (Kementan). Namun hanya 146 hektare yang telah ditanami. Itu pun, separuhnya ditinggalkan petani lantaran tak kuat modal untuk menggarap di musim tanam kedua tanpa bantuan pemerintah.

Sementara itu, Kementan menyatakan tak lagi mengelola proyek tersebut. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan sudah menunjuk Bupati Humbang Hasundutan menjadi penanggung jawab food estate ini, dibantu oleh anak buahnya Van Basten Pandjaitan sebagai manajer lapangan. Berdasarkan dokumen yang diperoleh Tempo, peralihan itu tercatat dalam surat yang dikirimkan Luhut pada 28 April 2021 nomor 8-1856/MENKO/MARVES/AJ.00/IV/2021.

Baca: BRI Minta Nasabah Waspada Pembobolan Rekening Lewat Link Undangan Nikah Digital

Van Basten, yang juga menjabat sebagai Tenaga Ahli Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, mengungkapkan pemerintah menargetkan pembukaan lahan sebesar 1.000 hektar dengan mempertimbangkan kondisi seluk beluk tanah dan sumber daya manusia (SDM) petani pemilik lahan.

"Kami melihat potensi dari dua parameter itu saja, potensi 790 hektar," kata dia saat ditemui Tempo di Dolok Sanggul, Sumatera Utara pada Kamis, 26 Januari 2023.

Advertising
Advertising

Ia memaparkan pembukaan lahan dan pengkondisian tanah di tahap awal tetap dibiayai oleh pemerintah. Saat pertama penanaman, petani akan mendapatkan benih, pupuk, hingga bantuan tenaga kerja. Namun, pada musim tanam selanjutnya pemerintah tidak akan lagi memberikan bantuan dan akan mendorong petani bermitra dengan perusahaan swasta.

Selanjutnya: Hingga saat ini....

<!--more-->

Hingga saat ini, sudah ada tujuh perusahaan swasta yang menjadi offtaker atau yang menyerap hasil panen petani untuk kebutuhan industri. Namun, pemerintah akan mendorong perusahaan tersebut untuk meningkatkan kerja samanya dengan menjadi investor. "Saya sudah keliling ke tujuh perusahaan itu menawarkan," ucapnya.

Menurut Van Basten, tujuh perusahaan tersebut telah menandatangani MoU kerja sama, namun belum semuanya memutuskan untuk menjadi investor. Di sisi lain, ia mencatat sudah ada 430 keluarga yang mengajukan diri sebagai petani dalam proyek ini. Van Basten mengaku optimis target itu dapat tercapai pada 2024 seiring dengan infrastruktur air, jalan, dan lainnya.

Dia menilai pembangunan infrastruktur adalah hal yang harus diutamakan dalam mencapai target tersebut. Van Basten menganalogikan megaproyek lumbung pangan ini seperti startup yang memerlukan infrastruktur terlebih dahulu agar bias beroperasi. Ditambah inkubasi selama tiga sampai empat tahun.

"Nah ini sama kayak startup karena dia mulai dari nol. Jadi sudah kami sampaikan ke Pak Menko Luhut dan Presiden, beliau paham ini seperti startup butuh inkubasinya itu," kata Van Basten.

Adapun ihwal polemik penolakan dari masyarakat setempat, ia tak menampik terjadi beberapa konflik saat pembukaan lahan. Khususnya ketika pembangunan infrastruktur jalan yang menerobos rumah warga. Namun, ia menilai hal itu hanya urusan dana ganti rugi. Kendati demikian, dia kukuh tak menggelontorkan dana anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) untuk menyelesaikan masalah itu. Masyarakat tidak menentang, kata dia, tapi ada masalah kecemburuan soal dana.

Selanjutnya: Kemarin ketika kami ingin....

<!--more-->

"Kemarin ketika kami ingin mengembangkan ya benar ada beberapa masalah sosial. Kementerian PUPR (Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat) juga sempat khawatir, tapi ya saya bilang enggak bisa pakai APBN," ujarnya.

Sementara itu, berdasarkan pengamatan Tempo, ratusan hektare lahan di Desa Siria-ria, Kecamatan Pollung, Kabupaten Humbang Hasundutan terlihat menjadi lahan terlantar berupa semak belukar. Irma Suryani Lumban Gaol, petani food estate sejak penanaman tahap awal pada 2020, menuturkan sebagian besar lahan tersebut ditinggalkan para petani lantaran tak sanggup lagi menanam usai gagal panen.

Petani mengungkapkan tak kuat mengelola lahan di musim kedua, karena mengalami kegagalan panen pada tahap pertama. Sedangkan bantuan modal tak ada lagi sejak tahap pertama pada 2021 lalu. Akhirnya, banyak petani membiayai dan menjual hasil panennya sendiri. Hal itu karena tak semua petani telah bermitra dengan perusahaan.

"Sekarang lebih banyak jadi lahan tidur, udah jadi belukar gitulah. Kalau keluhan saya itu dana. Karena yang pertama gagal panen, jadi untuk yang kedua kali enggak ada lagi uangnya," tutur Irma saat ditemui di kawasan food estate Desa Siria-ria, Kecamatan Pollung, Kabupaten Humbang Hasundutan pada Kamis, 26 Januari 2023.

RIANI SANUSI PUTRI

Baca: Ratusan Lahan Food Estate Humbang Hasundutan Terbengkalai, Petani Tak Mampu Menanam di Musim Berikutnya

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini

Berita terkait

Syahrul Yasin Limpo Kerap Minta Bayar Tagihan Kacamata hingga Parfum ke Biro Umum Kementan

40 menit lalu

Syahrul Yasin Limpo Kerap Minta Bayar Tagihan Kacamata hingga Parfum ke Biro Umum Kementan

Syahrul Yasin Limpo saat menjabat Menteri Pertanian kerap meminta pegawai Kementan untuk membayar berbagai tagihan, termasuk untuk kacamata.

Baca Selengkapnya

Bahlil Prioritaskan Investor Lokal untuk Investasi di IKN: Asing Masuk Klaster Dua

3 jam lalu

Bahlil Prioritaskan Investor Lokal untuk Investasi di IKN: Asing Masuk Klaster Dua

Menteri Investasi Bahlil Lahadalia mengatakan pemerintah memprioritaskan pengusaha dalam negeri untuk berinvestasi di Ibu Kota Nusantara (IKN).

Baca Selengkapnya

Saksi Ungkap Kementan Keluar Uang Rp 3 Juta per Hari untuk Makan Online dan Laundry di Rumah Dinas SYL

4 jam lalu

Saksi Ungkap Kementan Keluar Uang Rp 3 Juta per Hari untuk Makan Online dan Laundry di Rumah Dinas SYL

Saksi mengungkapkan Kementan kerap keluar uang Rp 3 juta per hari untuk keperluan makan online dan laundry di rumah dinas SYL.

Baca Selengkapnya

Soal Sidang Etik Digelar pada 2 Mei, Nurul Ghufron Tuding Dewas KPK Tak Menghormati Hukum

2 hari lalu

Soal Sidang Etik Digelar pada 2 Mei, Nurul Ghufron Tuding Dewas KPK Tak Menghormati Hukum

Wakil Ketua KPK, Nurul Ghufron, mengatakan telah melaporkan dugaan pelanggaran etik anggota Dewas KPK Albertina Ho sejak bulan lalu.

Baca Selengkapnya

YLKI: Pemerintah Mesti Lebih Tegas Menindak Pinjol Ilegal, hingga Mengusut Aliran Dana dan Investor

2 hari lalu

YLKI: Pemerintah Mesti Lebih Tegas Menindak Pinjol Ilegal, hingga Mengusut Aliran Dana dan Investor

Satgas Pasti menemukan 537 entitas pinjol ilegal di sejumlah situs dan aplikasi sepanjang Februari hingga Maret 2024.

Baca Selengkapnya

Dewas KPK Mulai Sidang Etik Nurul Ghufron 2 Mei Mendatang karena Alat Bukti Sudah Cukup

3 hari lalu

Dewas KPK Mulai Sidang Etik Nurul Ghufron 2 Mei Mendatang karena Alat Bukti Sudah Cukup

Dewas KPK akan memulai sidang dugaan pelanggaran etik Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron soal penyalahgunaan wewenang dalam kasus korupsi di Kementan.

Baca Selengkapnya

Jokowi Tunjuk Luhut sebagai Ketua Dewan Sumber Daya Air Nasional, Ini Daftar Anggotanya

3 hari lalu

Jokowi Tunjuk Luhut sebagai Ketua Dewan Sumber Daya Air Nasional, Ini Daftar Anggotanya

Luhut Binsar Pandjaitan ditunjuk sebagai Ketua Dewan Sumber Daya Air Nasional.

Baca Selengkapnya

Terkini: Usulan BTN Program 3 Juta Rumah Prabowo-Gibran, Pro Kontra Rencana Buka Lahan 1 Juta Ha untuk Padi Cina

3 hari lalu

Terkini: Usulan BTN Program 3 Juta Rumah Prabowo-Gibran, Pro Kontra Rencana Buka Lahan 1 Juta Ha untuk Padi Cina

BTN mengusulkan skema dana abadi untuk membiayai program 3 juta rumah yang dicanangkan oleh pasangan Capres-cawapres terpilih Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

3 hari lalu

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

Analis Ibrahim Assuaibi, memperkirakan rupiah hari ini fluktuatif dan akan ditutup menguat pada rentang Rp 16.150 sampai Rp 16.220 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Kinerja Keuangan Dinilai Baik, Bank DBS Raih 2 Peringkat dari Fitch Ratings Indonesia

3 hari lalu

Kinerja Keuangan Dinilai Baik, Bank DBS Raih 2 Peringkat dari Fitch Ratings Indonesia

Bank DBS Indonesia meraih peringkat AAA National Long-Term Rating dan National Short-Term Rating of F1+ dari Fitch Ratings Indonesia atas kinerja keuangan yang baik.

Baca Selengkapnya