TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat pagi, 10 Februari 2017, bergerak menguat sebesar 27 poin menjadi 13.304 dibanding sebelumnya di posisi 13.331 per dolar Amerika Serikat.
Ekonom Samuel Sekuritas, Rangga Cipta, mengatakan mata uang rupiah mengalami apresiasi terhadap dolar Amerika seiring dengan respons positif pelaku pasar terhadap kondisi ekonomi domestik.
"Kombinasi perbaikan outlook utang Indonesia oleh Moodys serta fluktuasi dolar Amerika yang cenderung melemah di pasar global menjaga pergerakan mata uang rupiah," ucapnya, Jumat, 10 Februari 2017.
Baca: Rating Investasi, Sri Mulyani Perbaiki Risiko Keuangan
Kendati demikian, ujar dia, potensi pembalikan arah rupiah cukup terbuka menyusul ketidakpastian politik menjelang hari pemilihan kepala daerah DKI Jakarta. "Kondisi yang kurang kondusif dapat mempengaruhi fluktuasi rupiah," tuturnya.
Di sisi lain, ia mengatakan jumlah klaim pengangguran di Amerika yang menurun dan janji Presiden Amerika Donald Trump yang akan memangkas pajak dapat mengembalikan penguatan dolar Amerika.
Baca: Trump Rilis Pajak Komprehensif, Dolar AS Menguat
Analis Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada, menyatakan lembaga pemeringkat Moodys yang menaikkan outlook utang Indonesia menyiratkan membaiknya daya tahan ekonomi Indonesia.
"Sentimen positif itu tentu berimbas baik pada rupiah, di mana pelaku pasar menilai perekonomian Indonesia kian membaik dan bukan tidak mungkin dapat bertahan di tengah guncangan ekonomi global," ujarnya.
ANTARA