TEMPO.CO, Jakarta - Analis Senior dari Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada, memperkirakan laju rupiah masih akan berada di zona merah pada perdagangan Senin, 23 Januari 2017, pekan depan. Dengan adanya acara inaugurasi pelantikan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, data-data di dalam negeri tidak terlalu diperhatikan. Termasuk pada saat menantikan pidato Trump pasca dilantik.
“Terapresiasinya nilai euro seiring dengan tetapnya arah kebijakan moneter Bank Sentral Eropa (ECB) tampaknya kurang berimbas positif pada rupiah,” kata Reza dalam keterangan tertulisnya, Sabtu, 21 Januari 2017.
Baca Juga:
Baca : Dolar Turun Tipis Terpukul Pidato Pelantikan Donald Trump
Menurut Reza, data positif di AS berupa kenaikan housing starts dan penurunan klaim pengangguran mingguan memberikan tambahan sentimen positif pada laju dolar AS sehingga berimbas pada pelemahan rupiah. “Tren penguatan yang kami harapkan tampaknya terpatahkan dengan adanya imbas pidato The Fed,” ujar Reza.
Oleh karena itu, Reza menyarankan agar pelaku pasar kembali mewaspadai akan adanya pelemahan lanjutan dari rupiah. Meski begitu dia tetap mengharapkan pasca inaugurasi Trump, pergerakan dolar AS akan kembali melemah, sehingga rupiah dapat berbalik arah dan terapresiasi.
“Maka itu, tetap cermati berbagai sentimen yang akan mempengaruhi perubahan pada laju rupiah,” ungkapnya.
Baca : Pelantikan Donald Trump Disambut Antusias Pasar Saham AS
Reza memperkirakan rupiah akan bergerak pada kisaran support Rp 13.405 dan resisten Rp 13.330 per dolar AS pada Senin, 23 Januari 2017.
Berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia, pada Jumat, 20 Januari 2017, kurs rupiah diperdagangkan sedikit melemah di level Rp 13.382 per dolar AS dibandingkan Kamis yang sebesar Rp 13.376 per dolar AS.
REZKI ALVIONITASARI