TEMPO Interaktif, Tokyo: Perdana Menteri Jepang Taro Aso hari ini mengatakan kejatuhan di bursa saham Tokyo di luar perkiraannya, setelah menyapu hampir 10 persen, menambah kekhawatiran yang besar pada warga.
Dia mengatakan dirinya terkejut oleh kejatuhan bursa--yang terburuk dalam dua dekade -- dan berjanji untuk mengambil tindakan daripada fokus pada pemilu.
"Sejujurnya, ini di luar imajinasi kita. Kita memiliki kekhawatiran besar ke depan," ujar Aso yang mengutarakan perasaannya dari sudut pandangan publik.
"Kita harus melakukan berbagai tindakan untuk mengatasi hal ini dengan serius," ujarnya pada komite anggaran legislatif.
Indeks 225 Nikkei yang menjadi rujukan Bursa Saham Tokyo jatuh 9,38 persen hari ini sebagai kelanjutan krisis keuangan global.
Aso, yang baru menjabat bulan lalu, kembali menolak permintaan oposisi untuk menggelar pemilu.
"Dari pandangan warga Jepang, mereka mengatakan, 'Hei, ini bukan saatnya pemilu. Ini masalah ekonomi'," kata Aso.
Masa kerja Majelis Rendah Jepang akan berakhir September tahun depan, namun pihak oposisi berharap pemilih akan melepaskan kemarahannya pada Partai Demokrat Liberal, yang berkuasa terus-menerus sejak 1955.
Parlemen akan menyetujui anggaran US$ 18 miliar untuk melindungi Jepang dari kenaikan harga minyak.
Kepala juru bicara pemerintah Takeo Kawamura mengatakan pemimpin Jepang telah mempelajari beberapa tindakan penyelamatan.
"Koalisi yang memerintah telah mulai mempelajari tindakan-tindakan yang akan diambil setelah melihat kejatuhan harga saham, krisis keuangan dunia dan yen Jepang yang mulai merangkak di atas level 100 yen terhadap dolar," ujarnya.
Yen membumbung tinggi melewati batas psikologi hari ini untuk pertama kalinya dalam enam bulan saat investor keluar dari investasi yang berisiko.
AFP/Erwin