TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan kondisi perekonomian global masih diliputi ketidakpastian sampai dengan akhir tahun ini. Menurut dia, melihat Amerika Serikat, inflasinya masih tinggi, meskipun kemungkinan pada minggu-minggu ini menunjukkan ada tanda-tanda tingkat suku bunga yang sudah pada titik puncaknya.
Dia menjelaskan, tekanan fiskal di Negeri Paman Sam itu juga masih tinggi, dan tabungan masyarakat Amerika tergerus karena inflasi. Hal itu juga akan membanyangi prospek perlemahan ekonomi dari negera yang dipimpin Presiden Joe Biden itu.
“Meskipun mungkin sedikit kabar baiknya Amerika cukup optimis tidak akan mengalami resesi sepetti yang tadinya dikhawatirkan pada tahun yang lalu,” ujar Sri Mulyani dalam acara Konferensi Pers APBN KiTa Edisi Desember 2023 di Gedung Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, pada Jumat, 15 Desember 2023.
Sementara, kata dia, masih bergulat dengan kondisi perlemahan ekonominya yang belum menunjukkan tanda-tanda berakhir. Berbagai faktor struktural yang sifatnya jangka menengah seperti demografi, labour aging (tenaga kerja usia lanjut), dan krisis properti masih menjadi faktor pemberat dari perekonomian Cina.
Sedangkan di Eropa, ekonominya sudah melemah cukup tajam. Sri Mulyani mencontohkan Jerman yang bahkan mengalami kontraksi ekonomi. Demikian juga dengan Inggris, yang defisit fiskalnya tinggi, inflasinya—terutama core inflation (inflasi inti)—juga masih tinggi.
Tahun depan pertumbuhan ekonomi juga belum membaik