TEMPO.CO, Jakarta -Direktur CV Mina Sejahtera Hanafi Jamaluddin meminta pemerintah segera mengoperasikan sentra kelautan dan perikanan terpadu atau SKPT Natuna secara penuh. Pemilik pabrik es dan pembekuan ikan satu-satunya di Natuna itu ingin SKPT beroperasi penuh pada 2018.
"Kapasitas kami hanya delapan ton per hari. Tidak mencukupi. Kebutuhan di sini, ratusan ton per minggu," kata Hanafi di pabrik miliknya di Pulau Sabang Mawang Barat, Natuna, Minggu, 6 Agustus 2017.
Pada 5-8 Agustus 2017, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti meninjau perkembangan pembangunan SKPT Natuna. Pembangunan SKPT Natuna senilai Rp 112,2 miliar itu ditujukan agar kapal ikan yang beroperasi di perairan Natuna dapat memproses dan menjual ikannya di sana.
Hanafi berharap pabrik es yang ada di SKPT nantinya dapat memproduksi es balok untuk membekukan ikan, bukan es berukuran kecil atau ice flake. Sebab, para nelayan di Natuna yang melaut selama 3-7 hari membutuhkan es balok yang tidak cepat mencair, seperti ice flake.
Hanafi menambahkan, es balok bisa bertahan hingga satu minggu. "Kalau ice flake, sekian jam habis. “Dengan menggunakan es balok, biaya operasional kapal pun bisa ditekan karena nelayan tidak perlu kembali ke pelabuhan untuk membeli es.”
Selain itu, Hanafi berharap pemerintah mempercepat masuknya listrik yang lebih besar ke Natuna. Ia menuturkan pabrik es miliknya belum menambah lemari pembeku karena minimnya listrik. "Tapi PLN (Perusahaan Listrik Negara) sudah mulai masuk. Sedang pemasangan tiang, mudah-mudahan kami terbantu."
Dengan SKPT, menurut Hanafi, ikan yang ditangkap di perairan Natuna juga dapat tercatat. Nelayan dapat melaporkan hasil tangkapannya di SKPT.
"Sekarang kita tidak tahu. Kalau mereka bongkar, dibawa ke Tanjung Pinang, Batam, atau Tanjung Balai Karimun," ucapnya.
ANGELINA ANJAR SAWITRI