TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Pariwisata bekerja sama dengan PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) mendukung pengembangan kawasan desa wisata geotermal di daerah operasi produksi energi panas bumi yang dilakukan Perseroan.
Penandatanganan nota kesepahaman tersebut dilakukan Sekretaris Kementerian Pariwisata Ukus Kuswara dengan Direktur Utama PT Pertamina Geothermal Energy Irfan Zainuddin di sela-sela Rakornas Kepariwisataan ke-IV di Jakarta, Selasa, 6 Desember 2016.
Irfan mengatakan Indonesia mempunyai banyak potensi sumber daya alam panas bumi, yang jika dikelola dengan baik, dapat menjadi salah satu destinasi pariwisata Nusantara.
"Indonesia mempunyai banyak gunung api, dan daerah sumber panas bumi itu memiliki potensi wisata, tapi di Indonesia panas bumi hanya dikenal sebagai energi terbarukan atau green energy. Padahal sebenarnya ada pemanfaatan langsung yang bisa dilakukan, yaitu di bidang pariwisata," kata Irfan.
Dia menjelaskan, program pemanfaatan daerah operasi geotermal menjadi kawasan pariwisata telah dilakukan sejumlah negara, seperti Islandia, Selandia Baru, Jepang, serta beberapa negara di kawasan Eropa.
Adapun bentuk atraksi wisata yang ditawarkan di desa wisata tersebut nantinya berupa wisata minat khusus untuk pemandian air panas alami. Selain itu, kata Irfan, tak tertutup kemungkinan para wisatawan dapat menyaksikan operasi produksi energi terbarukan.
PGE telah memulai proyek percobaan untuk kawasan desa wisata geotermal di Kamojang, Jawa Barat. Berikutnya nanti program serupa akan dilakukan di daerah operasi PGE lain, seperti di Lahendong, Sulawesi Utara, juga di Ulubelu, Lampung.
Dengan adanya nota kesepahaman bersama Kementerian Pariwisata tersebut, Irfan berharap kampanye pengembangan desa wisata geotermal dapat diperluas di berbagai daerah di Indonesia.
PGE memiliki 12 wilayah kerja panas bumi dengan total kapasitas 532 megawatt yang dihasilkan dari empat area, yakni Kamojang, Ulubelu, Lahendong, serta Sibayak.