TEMPO.CO, Jakarta – Kurs rupiah dalam transaksi antarbank di Jakarta pada Selasa pagi, 22 November 2016, bergerak naik 19 poin menjadi 13.386 per dolar AS.
Ekonom dari Samuel Sekuritas, Rangga Cipta, mengatakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berpotensi naik setelah harga minyak mentah dunia menguat.
”Dorongan penguatan harga minyak mentah dunia dan surutnya kekuatan dolar AS di pasar global menjadi salah satu faktor penopang rupiah,” katanya.
Harga minyak mentah jenis WTI hari ini naik 3,94 persen menjadi US$ 47,49 per barel, sementara Brent Crude harganya naik 0,98 persen menjadi US$ 49,38 per barel.
Kendati demikian, dia menjelaskan, penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS relatif karena ada kabar yang beredar bahwa akan ada demonstrasi pada 25 November 2016.
Selain itu, ia melanjutkan, pelaku pasar menanti arah kebijakan bank sentral dunia, terutama dari Amerika Serikat (The Federal Reserve), pada Desember 2016.
”Situasi itu dapat menghadirkan volatilitas tinggi di pasar keuangan global, termasuk rupiah,” katanya.
Pengamat pasar uang Bank Woori Saudara Indonesia Tbk, Rully Nova, menyatakan nilai tukar rupiah bergerak dalam kisaran terbatas di tengah ketidakpastian sentimen dari dalam negeri dan eksternal.
Apalagi, dia mengatakan, menjelang akhir tahun biasanya permintaan dolar AS cenderung meningkat sehingga apresiasi mata uang domestik bisa tertahan.
ANTARA