TEMPO.CO, Jakarta - Kurs dolar AS diperdagangkan bervariasi terhadap mata uang utama lainnya pada Senin atau Selasa pagi, 22 November 2016, setelah menguat selama sepuluh sesi berturut-turut di tengah spekulasi bahwa Federal Reserve akan menaikkan suku bunga pada akhir tahun.
Indeks dolar AS, yang melacak greenback terhadap enam mata uang utama, turun 0,08 persen menjadi 101,130 pada akhir perdagangan.
Indeks telah naik hampir 5 persen dalam sepuluh sesi terakhir, karena kebijakan-kebijakan ekonomi potensial Presiden AS terpilih Donald Trump dan komentar "hawkish" baru-baru ini oleh para pejabat The Fed mendorong ekspektasi pasar untuk kenaikan suku bunga bulan depan.
Analis mengatakan bahwa kemungkinan meningkatnya pemotongan pajak dan serangkaian kebijakan yang umumnya pro-pertumbuhan dari Trump, dibantu dan didukung oleh Partai Republik yang menyapu bersih kursi di kongres, mengangkat spekulasi pasar untuk kebangkitan inflasi serta lebih banyak kenaikan suku bunga pada masa mendatang.
Selain itu, Ketua Fed Janet Yellen mengatakan, pada Kamis, 17 November, kenaikan suku bunga "juga bisa menjadi tepat relatif jika data yang masuk memberikan beberapa bukti lebih lanjut dari kemajuan lanjutan menuju tujuan komite."
Presiden Fed Kansas City, Esther George, mengatakan pada Jumat, 18 November bahwa ekonomi AS akan mendapatkan keuntungan dari kenaikan suku bunga The Fed yang lebih awal.
Pada akhir perdagangan New York, euro jatuh menjadi 1,0600 dolar dari 1,0604 dolar, dan pound Inggris naik menjadi 1,2466 dolar dari 1,2354 dolar. Dolar Australia naik ke 0,7348 dolar dari 0,7343 dolar.
Dolar dibeli 111,25 yen Jepang, lebih tinggi dari 110,62 yen pada sesi sebelumnya. Dolar naik tipis menjadi 1,0107 franc Swiss dari 1,0096 franc Swiss, dan jatuh menjadi 1,3439 dolar Kanada dari 1,3498 dolar Kanada. Demikian dilaporkan Xinhua.
ANTARA