TEMPO.CO, Jakarta - Bank Sentral Jepang (BoJ) kemarin mengumumkan langkah-langkah kebijakan moneter baru dan melanjutkan kebijakan bunga negatif -0,1 persen. Selain itu, pasar optimistis hasil pertemuan The Fed pekan ini belum akan menaikkan tingkat bunganya.
Menurut analis ekonomi dari First Asia Capital, David Sutyanto, hasil pertemuan FOMC yang masih menahan bunganya tadi malam dan kebijakan stimulus lanjutan dari BoJ akan menjadi katalis positif dalam perdagangan hari ini.
"IHSG pada perdagangan hari ini akan melanjutkan tren penguatannya untuk menguji kisaran resistan di level 5.400 dengan support di angka 5.325," ujar David dalam pesan tertulis, Kamis, 22 September 2016.
Selain itu, David memperkirakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat berpeluang kembali menguat seiring ditahannya tingkat bunga di Amerika.
Perdagangan saham kemarin berhasil menguat tutup di teritori positif, terutama dipicu sentimen positif dari kawasan. IHSG di sesi pertama sempat bergerak di negatif area, tapi akhirnya berhasil ditutup menguat 40 poin (0,76 persen) di level 5.342,59. Saham-saham sektoral yang memiliki interest rate sensitivity, seperti perbankan, otomotif, dan properti, menjadi penopang kenaikan indeks. Selain itu, saham pertambangan turut menguat seiring dengan kenaikan harga komoditas.
Semalam, bursa emerging market dan global kembali rally setelah pertemuan FOMC menahan tingkat bunganya pada level saat ini sesuai dengan perkiraan pasar. Peluang kenaikan tingkat bunga di Amerika Serikat saat ini terfokus pada pertemuan FOMC pada Desember mendatang.
Indeks DJIA dan S&P di Wall Street masing-masing menguat 1 persen tadi malam di angka 18.293,70 dan 2.163,12. Harga minyak mentah di Amerika rebound 2,3 persen di angka US$ 45,34 per barel. The Fed juga mengindikasikan kenaikan tingkat bunga pada tahun depan akan lebih lambat daripada perkiraan sebelumnya. The MSCI Emerging Market Indeks kemarin naik 0,8 persen di level 905,65.
DESTRIANITA K.