TEMPO.CO, Jakarta - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara menuturkan, berdasarkan data Januari hingga Juli 2016, sebanyak 28 persen aliran dana modal yang masuk ke negara berkembang dinikmati Indonesia. Mirza mengatakan hal ini akan berdampak positif pada sistem keuangan domestik, khususnya terkait dengan likuiditas pada sektor keuangan.
"Indonesia menerima cukup besar, jadi likuiditas perbankan enggak perlu khawatir," ujar Mirza di kompleks Bank Indonesia, Thamrin, Jakarta, Kamis, 25 Agustus 2016. Menurut dia, kondisi perekonomian yang mulai membaik menjadi faktor utama pendorong peningkatan aliran dana modal ini.
Pertama, dari sisi inflasi yang masih terkendali sejalan dengan sasaran empat plus-minus 1 persen hingga akhir tahun. Inflasi per Juli lalu, kata dia, sebesar 1,8 persen (year to date) dan 3,2 persen (year on year). "Agustus tanda-tandanya mungkin deflasi, jadi inflasi terkendali," katanya.
Mirza mengatakan defisit ekspor-impor barang jasa juga berada pada level yang nyaman, yaitu berkisar 2,1-2,3 persen dari produk domestik bruto. Kemudian, sentimen global, kondisi perekonomian Cina juga mulai bergerak stabil. "Walaupun stabil di bawah, kayaknya tidak turun lagi," tutur Mirza.
Sedangkan bank sentral Amerika Serikat (The Fed) juga diprediksi belum akan menaikkan suku bunga acuannya (Fed Funds Rate), mengingat kondisi perekonomian Amerika Serikat belum sebaik perkiraan awal tahun ini. "Tampaknya Fed kalau mau naikin cuma sekali atau tidak sama sekali," ucapnya.
Mirza berujar, kondisi tersebut pun telah direspons BI dengan melonggarkan ruang makroekonomi, salah satunya dengan menurunkan suku bunga acuan hingga 100 basis poin (bps) tahun ini. BI menilai ruang untuk melakukan pelonggaran makroekonomi juga masih memungkinkan. "BI mood-nya sedang baik melihat angka makro terkendali dan situasi stabil."
GHOIDA RAHMAH