TEMPO.CO, Jakarta - Selama Januari dan Februari 2016, Pertamina telah menyerap 519 ribu kilo liter biodiesel. Penyerapan biodiesel meningkat sekitar 30,5 persen dari 225 ribu kilo liter pada Januari lalu meningkat menjadi 294 ribu kilo liter pada Februari. "Ini untuk program campuran berbasis minyak sawit sebanyak 20 persen atau yang dikenal dengan mandatori B20," kata Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (Gapki) Fadhil Hasan di Jakarta, Selasa 29 Maret 2016.
Program mandatori B20 memang abru berjalan tahun ini, setelah tahun lalu kadar pencampurannya masih 15 persen. Pada 2016, target penyerapan biodiesel di dalam negeri adalah 3,2 juta kilo liter. Sementara itu Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) memperkirakan penyerapan Pertamina diperkirakan akan mencapai 2,5 juta kilo liter. "Melihat kinerja pada dua bulan pertama, penyerapan mungkin juga sesuai dengan target," kata Fadhil.
Fadhil menyebut, ekspor minyak sawit Indonesia pada Februari 2016 tercatat sebanyak 2,29 juta ton atau naik 9 persen dibandingkan dengan ekspor bulan lalu sebesar 2,1 juta ton. Begitu juga jika dibandingkan secara year-on-year kinerja ekspor minyak sawit Indonesia selama dua bulan pertama tahun 2016 naik 22 persen dibandingkan periode yang sama 2015. Rinciannya, dari 3,59 juta ton pada periode Januari - Februari 2015 meningkat menjadi 4,39 juta ton pada Januari - Februari 2016.
Menurut data yang diolah GAPKI produksi Crude Palm Oil (CPO) dan Crude Palm Kernel Oil (CPKO) Indonesia untuk Januari lalu sebesar 2,99 juta ton, pada Februari ini produksi turun menjadi 2,70 juta ton atau turun sebesar 9,6 persen. Sementara stok minyak sawit Indonesia yang pada Januari tercatat 4,36 juta ton, pada Februari turun 16 persen menjadi 3,66 juta ton.
Fadhil menyatakan, ekspor tahun ini memang sedikit digenjot untuk mengurangi stok di dalam negeri. "Ke depan ekspor minyak sawit sudah akan dikurangi karena produksi minyak sawit yang ada akan lebih difokuskan untuk memasok bahan baku biodiesel," tuturnya.
Sementara, dari sisi harga, sepanjang Februari harga CPO global bergerak di kisaran US$ 575 – US$ 657 per metrik ton, dengan harga rata-rata US$ 628,9 per ton. Harga rata-rata Februari 2016 ini naik sebesar 13 persen dibandingkan harga rata-rata pada Januari yaitu US$ 557,2 per metrik ton. Sementara itu harga CPO global sepanjang 3 pekan Maret 2016 bergerak di kisaran US$ 645 – US$ 717,5 per metrik ton.
Sejak awal tahun ini, harga CPO terus menunjukkan tren naik meskipun perlahan. "Harga terdongkrak karena pasokan minyak sawit ke pasar global mulai berkurang sementara itu penurunan produksi mulai terasa akibat dari pengaruh El Nino tahun lalu," kata Fadhil.
Ia memprediksi, penyerapan biodiesel akan terus meningkat di dalam negeri, sementara stok semakin berkurang demikian halnya juga produksi. Hal yang sama juga terjadi di Malaysia. Trend ini akan menstimulasi harga di pasar global. "GAPKI memperkirakan harga CPO global sampai pada akhir Maret akan bergerak di kisaran US$ 685 – US$ 710 per metrik ton," tuturnya.
PINGIT ARIA