TEMPO.CO, Jakarta - Perum Bulog divisi regional Sulawesi Utara memastikan stok beras mencukupi hingga Maret 2016, meski serapan beras petani masih di posisi 37,7 persen pada Desember 2015.
Pasalnya, Kepala Bulog Divre Sulawesi Utara Sabarudin Amrullah mengatakan pihaknya tengah mempersiapkan kedatangan beras dari Sulawesi Selatan sebanyak 4.000 ton. Adapun alokasi beras program mobilisasi nasional (Mobnas) akan dibagi masing-masing 2.000 ton bagi Provinsi Sulawesi Utara dan Gorontalo.
Baca Juga:
“Mudah-mudahan dalam waktu hingga tiga minggu ke depan, beras dari Sulawesi Selatan tersebut sudah datang di Sulawesi Utara,” katanya di Manado, Kamis, 10 Desember 2015.
Selain kedatangan beras Mobnas, ia mengoptimalkan stok beras impor dari Vietnam sebanyak 4.800 ton beberapa bulan lalu.
Kemampuan penyerapan beras Bulog Divre Sulawesi Utara baru mencapai 37,7 persen atau 9.424 ton, termasuk Gorontalo. Hingga saat ini, produksi beras lokal di Sulawesi Utara dan Gorontalo belum mampu memenuhi permintaan sehingga defisit beras biasanya disuplai dari sejumlah daerah, antara lain Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Jawa Timur.
“Masih ada penyerapan dari beberapa daerah, misalnya Gorontalo, tapi jumlahnya tidak banyak. Kami masih menggantungkan dari pasokan daerah lain,” ucapnya.
Kendati demikian, dirinya mengklaim kemampuan penyerapan beras lokal di Sulut menempati peringkat ke-15 dari 26 divre yang tersebar di Indonesia.
Selain itu, guna menjaga kestabilan harga beras di tingkat produsen, Bulog Divre Sulawesi Utara siap melakukan operasi pasar jika Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulawesi Utara memberikan instruksi.
“Intinya, kami siap melakukan operasi pasar menjelang Natal dan tahun baru untuk menjaga kestabilan harga. Maksimal harga beras dijual senilai Rp 8.000,” katanya.
Terkait dengan perluasan pengelolaan komoditas selain beras, Sabarudding juga mengutarakan kesiapannya karena kapasitas gudang Bulog mencapai 52.000 ton. Sampai saat ini, ia mengaku pengelolaan stok masih terbatas komoditas beras.
“Ada dua komoditas yang kami kelola, tapi sistemnya lebih ke trading, yaitu gula dan jagung. Khusus jagung, realisasinya melebihi target, yakni 118 ton. Sedangkan gula pasir adalah limpahan kuota pada tahun lalu,” ujarnya.