TEMPO.CO, Jakarta - Jawa Tengah kini menjadi primadona baru investasi padat karya, seperti tekstil. Realisasi investasi di Jawa Tengah meningkat pesat. Perkembangan ini menjadi perhatian Badan Koordinasi Penanaman Modal.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Franky Sibarani mengatakan realisasi investasi di sektor tekstil di Jawa Tengah meningkat hingga sepuluh kali lipat lebih. “Dari posisi sebelumnya pada Januari-September 2014 di angka Rp 263 miliar, tahun ini menjadi Rp 2,7 triliun,” ucap Franky dalam keterangan pers, Kamis, 5 November 2015.
Selain Jawa Tengah, Jawa Barat adalah provinsi yang selama ini sudah dikenal sebagai kiblat investasi tekstil. Di Jawa Barat, investasi tekstil tercatat mengalami kenaikan hingga 100 persen lebih. “Jadi saat ini posisinya tipis. Jawa Tengah sebagai kiblat baru investasi tekstil di posisi Rp 2,7 triliun, diikuti Jawa Barat dengan nilai investasi tekstil Rp 2,6 triliun,” ujar Franky.
Dari sisi penyerapan tenaga kerja, investasi tekstil di Jawa Tengah menyerap 60.442 tenaga kerja, diikuti Jawa Barat dengan 40.980 tenaga kerja dan Provinsi Banten 1.469 orang.
“Dibanding periode yang sama tahun lalu dari sisi rencana penyerapan tenaga kerja Jawa Tengah, penyerapannya naik 20 kali lipat pada periode Januari-September 2015,” tuturnya.
Melihat perkembangan pesat Jawa Tengah sebagai kiblat baru investasi tekstil, Franky berencana berkunjung ke dua pabrik tekstil di Jawa Tengah yang sedang berkembang. Kunjungan kerja tersebut akan dilakukan ke pabrik PT Eco Smart di Boyolali yang telah mulai merealisasi perekrutan tenaga kerja dan PT Ungaran Sari Garment yang baru memulai proses ground breaking.
Secara keseluruhan, data BKPM mencatat, sepanjang periode Januari-September 2015, realisasi investasi industri tekstil dan produk tekstil mencapai 523 proyek dengan nilai investasi Rp 5,85 triliun. Investasi di sektor tekstil serta produk tekstil masih didominasi industri pakaian jadi dengan jumlah 203 proyek dan nilai investasi Rp 1,33 triliun. Diikuti industri tekstil lain sebanyak 42 proyek dengan nilai Rp 224 miliar dan industri penyelesaian akhir tekstil sebanyak 41 proyek senilai Rp 155,8 miliar.
AMIRULLAH