TEMPO.CO, Jakarta - Devaluasi atau pelemahan mata uang yuan terhadap dolar Amerika Serikat akan membuat produk pertanian Indonesia terancam oleh produk Cina. "Produk-produk pertanian Cina akan lebih murah dibanding produk Indonesia, sehingga produk mereka bisa membanjiri Indonesia," kata Presiden Advokasi Center For Indonesia Farmer Sutrisno Iwantono di Jakarta, Kamis, 13 Agustus 2015.
Hari ini Cina kembali melakukan devaluasi mata uangnya atau yang ketiga kali berturut-turut. Tindakan ini dilakukan untuk memulihkan perekonomiannya. Dengan adanya devaluasi tersebut, diharapkan Cina dapat meningkatkan kembali ekspornya karena produknya menjadi relatif lebih kompetitif.
Iwantono berujar, selain produk industri, termasuk mainan, produk pertanian negara Tirai Bambu bisa membanjiri Indonesia, seperti bawang putih, kentang, jagung, dan produk hortikultura.
Apalagi, tutur dia, saat ini kondisi pertanian Indonesia kurang bagus karena sedang menghadapi El Nino, yang mengakibatkan musim kering berkepanjangan. Hal ini membuat produksi pertanian bisa terhambat. "Pertanian kita sangat riskan," katanya.
Ia menjelaskan, jika pemerintah tidak segera mengambil tindakan nyata, kondisi ekonomi Indonesia dalam bahaya. Untuk itu, ia meminta para menteri, termasuk yang baru saja dilantik, khususnya Menteri Koordinator Perekonomian, melakukan terobosan untuk melindungi sektor pertanian.
Iwantono meminta segala hambatan dan inefisiensi dalam pengembangan pertanian dihilangkan, sehingga produk pertanian menjadi lebih kompetitif. Pengadaan pupuk, bibit, serta sarana produksi pertanian lain juga harus lebih dibenahi dengan baik.
Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam acara Kongres Diaspora di Jakarta, Rabu, 12 Agustus 2015, menuturkan Indonesia harus belajar dari Cina. Menurut dia, Negeri Tirai Bambu memiliki jumlah dan tingkat kesuksesan diaspora yang tinggi. Kalla berujar, kesuksesan diaspora di negara lain merupakan kebanggaan negara asalnya.
ANTARA | FAIZ NASHRILLAH