TEMPO.CO, Jakarta - Kalangan pengusaha dan industri asal Inggris mulai menjajaki potensi kerjasama lima sektor bisnis di Kawasan Indonesia Timur.
Adapun lima sektor yang memiliki potensi besar untuk digarap di Jawa Timur dan Indonesia bagian timur. Di antaranya infrastruktur, agribisnis, sumber daya manusia (SDM), energi atau minyak dan gas, serta jasa atau pariwisata.
Adrian Short, Chairman of British Chamber of Commerce in Indonesia, mengatakan banyak pengusaha dagang dan industri Inggris yang ingin melakukan ekspansi. Jawa Timur, katanya, termasuk kawasan yang memiliki potensi cukup lengkap dibandingkan kawasan lain.
"Kami meminta Kadin Jawa Timur untuk membantu kami memetakan peluang-peluang kerjasama bisnis yang bisa digali dan bagaimana memulainya," katanya sesuai acara Understanding The Opportunities for British Business in Surabaya and East Indonesia, di Surabaya, Selasa, 28 April 2015.
Lizzy Hawkins, Direktur Perdagangan dan Investasi Inggris (UKTI) Kedutaan Inggris, mengatakan Inggris sudah melihat potensi paling dekat yang bisa dikembangkan seperti bidang tekonologi informatika serta minyak dan gas, di mana Jatim memiliki wilayah yang kaya akan energi minyak dan gas.
"Tidak menutup kemungkinan peluang bisnis itu berkembang ke sektor-sektor lain karena Jatim cukup seksi. Bahkan kamk melihat di Surabaya, usaha kecil dan menengah (UKM) terus bertumbuh," jelasnya.
Deddy Suhajadi, Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jatim, mengatakan pihaknya akan mengintegrasikan investor Inggris dengan bisnis lokal di Surabaya dan Indonesia timur dan memaparkan perbedaan serta keuntungan-keuntungan berinvestasi di Jatim.
"Untuk yang ingin bangun pabrik-pabrik ataupum smelter, kemungkinan akan kami arah ke daerah Situbondo karena sebuah pabrik membutuhkan energi listrik yang besar, dan di Probolinggo sana memiliki banyak pasokan listrik," ujarnya.
Deddy menambahkan pengusaha Inggris tersebut percaya diri untuk ekspansi di Indonesia meski saat ini kondisi ekonomi cukup terganggu terutama nilai tukar rupiah terhadap dolar serta upah tenaga kerja di Jatim yang terbilang tinggi.
"Memang dua hal itu juga jadi faktor pertimbangan, tetapi mereka sepertinya ingin masuk lebih cepat karena setelah ini ada Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), tentunya produk-produk Asean bakal masuk dan mengusai pasar," imbuh Deddy.
Jamhadi, Ketua Kadin Surabaya, menambahkan saat ini Kadin Surabaya sudah membuat buku direktori produk-produk asal Surabaya yang mulai disebarkan di Kedutaan Besar Inggris.
"Dengan begini diharapkan ada kerjasama pemasaran produk kami agar bisa sampai dan diterima oleh konsumen di Inggris," ujarnya.