TEMPO.CO, Bandung - Presiden PT. Chevron Pacific Indonesia Albert Simanjuntak mengatakan saat ini perusahaannya tengah kesulitan untuk memasarkan gas dan minyak bumi. Alasannya, kata dia, turunnya harga minyak dunia tak sebanding dengan suplai yang terus bertambah.
"Barang banyak tapi harga sedang jatuh. Kondisi pasar sedang kebanjiran, jadi kami sulit untuk memasarkan," ujar dia, saat ditemui di Aula Barat Gedung ITB, Rabu, 18 Februari 2015.
Harga minyak global turun cukup tajam pada Januari 2015. Misalnya, rata-rata harga minyak West Texas Intermediate dari US$ 59,29 per barel pada Desember 2014 menjadi US$ 47,33 per barel. Harga minyak Brent turun US$ 13,51 per barel dari US$ 63,27 per barel pada Desember 2014.
Selain itu, penurunan juga terjadi pada ekspor migas yang tercatat turun 11,75 persen dari US$ 2,35 miliar pada Desember 2014. Kementerian Energi mencatat rata-rata harga Indonesian Crude Price turun US$ 14,26 menjadi US$ 45,30 pada Januari 2015.
Namun, Albert tak menjelaskan jumlah produksi Chevron saat ini. Pada 9 Januari 2015, Chevron mengeluarkan release yang mengatakan produksi minyaknya saat ini mencapai 300 ribu barel per hari.
Sementara itu Albert melanjutkan, saat ini permintaan geothermal atau energi panas bumi di Indonesia masih dapat dipenuhi oleh Chevron. "Secara keseluruhan, 50 persen produksi geothermal kami diproduksi untuk Indonesia," kata dia.
PERSIANA GALIH