TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia Sofyan Basir menjanjikan BRI tidak akan memutuskan hubungan atau kontrak yang telah dimiliki para penyewa di Gedung BRI II atau Gedung Mulia Tower. "Penyewa masih tetap berada di sana. Silakan dilanjutkan, kami tidak akan memutus hubungan, kami melanjutkan," katanya ketika ditemui setelah menggelar rapat umum pemegang saham luar biasa di Gedung BRI I, Jakarta, Kamis, 10 Juli 2014.
Sofyan memastikan BRI akan menghormati kontrak-kontrak penyewaan yang sudah dilaksanakan oleh Mulia Group saat memegang Gedung BRI II. Karena itu, kontrak sewa lahan perkantoran yang memang sudah berjalan akan terus dilanjutkan. (Baca: BRI Bantah Terlibat Kartel Perbankan)
Seperti diberitakan, Selasa, 8 Juli 2014, BRI dibantu oleh pihak kepolisian telah melakukan eksekusi penyitaan fisik Gedung BRI II yang terletak di Jalan Jenderal Sudirman Kavling 44-46, Jakarta. Eksekusi dan penyitaan Gedung BRI II yang bernilai Rp 3 triliun ini dilakukan karena, sejak enam tahun belakangan, BRI bersengketa dengan Joko Tjandra, pemilik Mulia Group. "BRI telah melakukan pengambilalihan fisik dan hukum terhadap gedung," ujar Sofyan.
Menurut Sofyan, dengan memiliki Gedung BRI II kembali, diharapkan akan terjadi pengurangan biaya sewa gedung oleh BRI di beberapa perkantoran lain. Juga diharapkan akan menjadi pendapatan tambahan bagi BRI ke depannya. "Ini menjadi satu hal yang sangat positif untuk mengurangi biaya dan tambahan fee income," tuturnya. (Baca: BRI Bidik Layanan Payroll)
Sofyan mengatakan Gedung BRI II ini nantinya akan digunakan BRI untuk mengumpulkan beberapa kantor BRI yang tersebar di berbagai tempat, seperti di Gedung Landmark, Menara Jamsostek, dan Gedung Grahadi. Dengan dikumpulkannya beberapa kantor BRI di lokasi ini, akan terjadi efisiensi biaya penyewaan kantor yang selama ini dilakukan BRI. "Ini akan menjadikan kami lebih efisien, karena kami per tahun mungkin rata-rata ratusan miliar juga menyewa gedung di tempat lain."
MAYA NAWANGWULAN
Terpopuler:
Jokowi Menang, Indeks Bisa Tembus 5.200
Hidayat: Investor Cemas Hasil Pemilu Beda Tipis
Hidayat: Presiden Baru Harus Naikkan Harga BBM