TEMPO.CO, Jakarta - Ancaman membengkaknya defisit perdagangan membuat rupiah melemah sendirian di tengah melemahnya dolar terhadap mata uang regional.
Di transaksi pasar uang hari ini, rupiah kembali bergerak melemah 19 poin (0,17 persen) ke level 11.528 per dolar Amerika hingga pukul 12.00 WIB.
Ekonom dari PT Samuel Sekuritas, Rangga Cipta, mengatakan hilangnya euforia politik dalam negeri membuat pasar kembali fokus ke data-data ekonomi. "Peluang pelemahan rupiah masih ada dipicu oleh potensi melebarnya defisit anggaran."
Pernyataan Menteri Keuangan yang menyebut defisit anggaran bisa mencapai 4,69 persen dari produk domestik bruto menimbulkan kekhawatiran pasar. Pasalnya, di saat yang sama Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral mengungkapkan belum akan ada kenaikan BBM bersubsidi.
Mata uang regional pagi ini cenderung berbalik menguat terhadap dolar setelah pertemuan Komite Ekonomi Federal Amerika Serikat tadi malam. Untuk pertama kalinya The Fed menyiratkan detail tentang rencana keluar dari kebijakan moneter longgar. "Namun, belum ada tanda dinaikkannya Fed Rate dalam waktu dekat," ujar Rangga.
Di sisi lain, data kilas manufaktur Cina kembali naik ke level 49,7, semakin dekat ke zona kontraksi. Sayangnya sentimen positif ini tidak dimanfaatkan rupiah untuk bergerak menguat.
PDAT | M. AZHAR
Berita lain:
Jika Terpilih, Prabowo Boleh Masuk Amerika Serikat
Ahok 'Semprit' Jokowi dan Prabowo
Ini Penantang Yamaha R25 dari Kawasaki