Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Pelarangan Ekspor Mineral, Neraca Perdagangan Aman  

Editor

Abdul Malik

image-gnews
Muhamad Chatib Basri. Tempo/Aditia Noviansyah
Muhamad Chatib Basri. Tempo/Aditia Noviansyah
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Pelarangan ekspor mineral mentah diperkirakan bakal mengurangi tekanan pada neraca perdagangan dan penerimaan negara. Sebab, Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2014 serta Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1 Tahun 2014 tentang peningkatan nilai tambah mineral melalui pengolahan dan pemurnian pada kenyataannya masih membolehkan ekspor untuk mineral yang sudah diolah.

"Sebelumnya kan dibilang, kalau kebijakan ini diberlakukan, penerimaan bisa hilang US$ 5 miliar dan dampak trade balance-nya juga US$ 5 miliar kalau ekspornya sama sekali dilarang. Dengan Permen dan PP yang baru, efeknya jauh lebih rendah dari itu," ujar Menteri Keuangan Chatib Basri di Jakarta, Rabu, 15 Januari 2014. (Baca juga: November, Perdagangan Surplus US$ 776,8 Juta )

Apalagi dengan pengenaan bea keluar untuk ekspor mineral olahan, potensi kehilangan pendapatan tersebut justru bisa tergantikan dengan tambahan mencapai US$ 9 miliar pada 2016. "Pengusaha boleh mengekspor produk olahannya, namun dengan kebijakan pengenaan pajak progresif hingga dua sampai tiga tahun ke depan, jadi tambah besar setiap tahun," ujarnya.

Pemerintah akan mengenakan bea keluar mineral mentah secara bertahap sampai maksimal 60 persen pada 2017 kepada perusahaan tambang yang sudah memenuhi batas minimum pengolahan hasil tambangnya di dalam negeri. (Baca juga : Peraturan Bea Keluar Progresif Turunkan Defisit)

Kebijakan bea keluar mineral itu merupakan tindak lanjut dari larangan ekspor bahan mentah mineral yang berlaku mulai 12 Januari 2014. Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batu Bara, seluruh perusahaan tambang harus melakukan pengolahan dan pemurnian (smelter) hasil tambang di dalam negeri.

Chatib mengklaim Indonesia bisa surplus perdagangan di sektor pertambangan pada tahun ketiga pengenaan bea keluar sebesar US$ 1 triliun. Sebab, meskipun Indonesia masih mengimpor barang modal untuk pembangunan smelter dan bahan penolong, nilainya diperkirakan hanya sekitar US$ 8 miliar. "Itu yang saya maksud hanya memukul kita dalam jangka pendek di 2014," ujarnya. (Baca juga : Cadangan Devisa Naik Menjadi US$ 99,4 Miliar)

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Selain itu, pemerintah punya kesempatan menghemat anggaran untuk mengimbangi menyusutnya ekspor mineral, yakni dari kewajiban peningkatan penyerapan biodisel. Dengan mandatory ini, artinya negara akan mengurangi anggaran untuk mengimpor solar.

Kemarin, Direktur Bioenergi Kementerian Energi menargetkan penyerapan biodiesel pada 2014 mencapai 4 juta kiloliter. Dari target tersebut, pemerintah mengklaim bisa menghemat anggaran mencapai US$ 5 miliar.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, sepanjang Januari hingga Oktober 2013, ekspor mineral mentah mencapai US$ 5 miliar dari total ekspor sektor tambang sebesar US$ 25,22 miliar. Pengapalan mineral mentah itu terdiri atas bijih tembaga 40 persen, nikel 28 persen, aluminium 22 persen, dan bijih besi 7 persen. Pendapatan tersebut secara kumulatif bisa mencapai US$ 6 miliar pada akhir 2013.

AYU PRIMA SANDI


Terpopuler :
6 Proyek Banjir Ini Bisa Ringankan Kerja Jokowi 
Dana Sodetan Banjir Jakarta Rp 500 Miliar
Rupiah Berpeluang Terus Menguat 
Pabrik Kedua Honda Telan Rp 3,1 Triliun 
Cuaca Ekstrem, Maklumat Pelayaran Dikeluarkan  

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Faisal Basri Bocorkan Kandidat Menteri Keuangan Kabinet Prabowo-Gibran, Siapa Paling Kuat?

8 jam lalu

Ekonom Faisal Basri dalam diskusi Ngobrol @Tempo bertajuk
Faisal Basri Bocorkan Kandidat Menteri Keuangan Kabinet Prabowo-Gibran, Siapa Paling Kuat?

Sejumlah nama besar masuk dalam bursa calon menteri keuangan untuk kabinet Prabowo-Gibran. Dua sosok dinilai cukup kuat


Rupiah Menguat ke Level Rp 15.923 per Dolar AS

12 jam lalu

Penumpang pesawat terbang tengah menukarkan uang dolar di Penukaran Mata Uang Asing Bank BTN di Terminal 3 Bandara Sukarno Hatta, Tangerang, Banten, Kamis, 28 Maret 2024. Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis pagi turun 23 poin atau 0,14 persen menjadi Rp15.881 per dolar AS dari penutupan perdagangan sebelumnya sebesar Rp15.858 per dolar AS. TEMPO/Tony Hartawa
Rupiah Menguat ke Level Rp 15.923 per Dolar AS

Kurs rupiah hari ini ditutup menguat 104 poin ke level Rp 15.923 per dolar AS.


Samuel Sekuritas: IHSG Sesi Pertama Kembali Menguat, Ditutup di 7,245,1

16 jam lalu

Pekerja melintas di depan layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat, 5 April 2024. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik menuju level 7.286 pada penutupan perdagangan hari ini, menjelang libur Hari Raya Lebaran Idulfitri 1445 H. TEMPO/Tony Hartawan
Samuel Sekuritas: IHSG Sesi Pertama Kembali Menguat, Ditutup di 7,245,1

Analis PT Samuel Sekuritas Indonesia menyebutkan Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG melanjutkan pergerakan positifnya


Kementerian Perdagangan Antisipasi Fenomena Alih Mitra Dagang di Pasar Global

18 jam lalu

Plt. Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Kasan.
Kementerian Perdagangan Antisipasi Fenomena Alih Mitra Dagang di Pasar Global

Kementerian Perdagangan mengungkapkan saat ini fenomena alih mitra dagang sejumlah negara telah mempengaruhi ekonomi global.


Rupiah Menguat Setelah Rilis Indeks Harga Produsen Amerika Serikat Membaik

1 hari lalu

Ilustrasi mata uang Rupiah. TEMPO/Aditia Noviansyah
Rupiah Menguat Setelah Rilis Indeks Harga Produsen Amerika Serikat Membaik

Rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Rabu ditutup menguat setelah rilis data inflasi Indeks Harga Produsen (PPI) Amerika Serikat menguat.


Terkini: Jokowi Sebut Bantuan Beras Patut Disyukuri, Besaran Iuran BPJS Kesehatan Terbaru Setelah Diganti KRIS

1 hari lalu

Presiden Joko Widodo saat penyerahan bantuan pangan beras cadangan pangan pemerintah kepada Keluarga Penerima Manfaat (KPM) di Gudang Bulog, Cibitung, Jawa Barat, Jumat 16 Februari 2024. Presiden Jokowi menepis anggapan bahwa kenaikan harga beras dipicu pemberian bantuan pangan dari pemerintah. TEMPO/Subekti.
Terkini: Jokowi Sebut Bantuan Beras Patut Disyukuri, Besaran Iuran BPJS Kesehatan Terbaru Setelah Diganti KRIS

Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebut bantuan beras merupakan langkah konkret untuk meringankan beban masyarakat.


RI-China Bahas Kerja Sama Riset di Bidang Pengolahan Nikel

1 hari lalu

Ilustrasi  smelter nikel. REUTERS
RI-China Bahas Kerja Sama Riset di Bidang Pengolahan Nikel

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI Airlangga Hartarto dan Duta Besar China untuk Indonesia Lu Kang bertemu untuk membahas penguatan kerja sama


Harga Emas Antam Naik ke Angka Rp 1,33 Juta per Gram

1 hari lalu

Ilustrasi Emas Batangan. TEMPO/Tony Hartawan
Harga Emas Antam Naik ke Angka Rp 1,33 Juta per Gram

Harga emas Antam pada Rabu pagi, naik sebesar Rp 8.000 per gram, sehingga menjadi Rp 1.332.000 (Rp 1,33 juta) per gram.


IHSG Berpotensi Mendatar, Pasar Wait and See Data Inflasi AS

1 hari lalu

Ilustrasi Saham atau Ilustrasi IHSG. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
IHSG Berpotensi Mendatar, Pasar Wait and See Data Inflasi AS

IHSG pada Rabu berpotensi bergerak mendatar seiring pelaku pasar sedang bersikap wait and see terhadap data inflasi Amerika Serikat (AS)


Chatib Basri Sebut Dampak Konflik Timur Tengah Bisa Timbulkan Defisit APBN Tembus Rp 300 Triliun

2 hari lalu

M. Chatib Basri. ANTARA/Fanny Octavianus
Chatib Basri Sebut Dampak Konflik Timur Tengah Bisa Timbulkan Defisit APBN Tembus Rp 300 Triliun

Chatib Basri menilai konflik yang terus-menerus di Timur Tengah berpotensi membuat defisit APBN hingga Rp 300 triliun.