TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Menteri Keuangan Mahendra Siregar menyatakan pelemahan nilai tukar rupiah saat ini tidak perlu dikhawatirkan, selama fundamental ekonomi negara masih tergolong kuat.
Ia memaparkan, fundamental ekonomi ini harus dilihat kembali dari kebijakan-kebijakan makro prudensial yang dijalankan oleh pemerintah. Di mana, dalam hal ini masih terlihat cukup sehat apalagi ditambah adanya rencana pemerintah untuk menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi.
"Kalau masalah BBM ini selesai, tak perlu alasan lagi untuk khawatir atas pelemahan rupiah," kata Mahendra ketika dijumpai di Kantor Menteri Koordinator Perekonomian, Jumat, 17 Mei 2013.
Ia memperkirakan, nilai tukar rupiah terhadap Dolar Amerika hingga akhir tahun ini berada di kisaran Rp 9.500- Rp 9.600. Pelemahan rupiah yang cukup tinggi saat ini, katanya, lebih disebabkan kondisi global di mana dolar Amerika memang sedang menguat secara besar-besaran. Sebab, jika dilihat dari sisi permintaan dan pasokan rupiah hingga saat ini belum ada lonjakan berarti.
Penguatan mata uang Amerika Serikat ini, bisa terlihat dari mata uang lainnya yang juga sedang melemah. Termasuk mata uang yang cukup kuat selama ini seperti milik Australia. Tidak hanya itu, penguatan dolar ini juga berdampak pada komoditas seperti emas yang saat ini nilainya terus merosot."Jadi ini memang lebih pada perkembangan global, dolarnya sedang kuat sekali."
GUSTIDHA BUDIARTIE
Topik terhangat:
PKS Vs KPK | E-KTP | Vitalia Sesha | Ahmad Fathanah | Perbudakan Buruh
Berita lainnya:
Indoguna Akui Setor Uang ke PKS
Fathanah Akui Indehoy dengan Maharani
Fathanah Ketahuan Curi Dokumen KPK
Cerita Dewi Queen of Pantura, Soal Sawer Pejabat