TEMPO.CO, Jakarta - Minimnya katalis positif membuat rupiah tak berdaya menghadapi superioritas dolar.
Di transaksi pasar uang hari ini, rupiah kembali melemah 12 poin (0,13 persen) ke level 9.697 per dolar Amerika. Tekanan dolar terhadap mata uang regional turut berimbas pada pelemahan rupiah.
Pengamat pasar uang, Lindawati Susanto, mengatakan, rupiah masih kesulitan untuk menguat dan cenderung stabil di posisinya saat ini. Rupiah, seperti aset-aset berisiko lainnya, cenderung bergantung pada sentimen di pasar. "Bila tidak ada sentimen yang benar-benar kuat, rupiah sulit menguat lebih jauh."
Sentimen positif dari membaiknya data tenaga kerja di Amerika pekan lalu terkompensasi dengan Fitch yang menurunkan rating utang Italia dari A- ke BBB+ dengan outlook negatif. Imbasnya, dolar kembali mendominasi bahkan euro sempat terpeleset ke US$ 1,29.
Dari regional, meningkatnya ekspor Jepang seiring melemahnya nilai tukar yen di kisaran 96 per dolar kurang direspons positif oleh pelaku pasar uang. Pasalnya, di saat yang sama data manufaktur Cina justru melemah.
Menurut Lindawati, pelambatan ekonomi membuat pertumbuhan ekonomi tidak sama dan tidak seragam. Ketika muncul satu sentimen positif di satu negara, kondisi negara lain justru negatif. "Inilah yang menyebabkan aset-aset berisiko diliputi ketidakpastian dan selalu dibayangi oleh The Greenback."
Hingga pukul 17.20 WIB, mata uang Asia melemah pada dolar AS. Dolar Singapura ditransaksikan di 1,2491 per dolar AS, dolar Hong Kong 7,7570 per dolar AS, won 1.095 per dolar AS. Kemudian yuan 6,2185 per dolar AS, dan ringgit 3,1102 per dolar AS.
M. AZHAR | PDAT
Berita terpopuler:
Penghafal Al Quran Bisa Masuk Fakultas Kedokteran
Brimob Jaga Lokasi Penangkapan Kelompok Hercules
Duit Suap Djoko untuk DPR Diberikan di Parkiran
Dukungan Polri di Bawah Kemendagri Meluas