TEMPO.CO, Jakarta - Dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi Keuangan Dewan Perwakilan Rakyat, pemerintah menyampaikan koreksi atas asumsi pertumbuhan ekonomi pada 2013. Alasannya, kondisi perekonomian global diperkirakan belum akan pulih tahun ini.
"Kami menurunkan kisaran pertumbuhan menjadi 6,6 persen hingga 6,8 persen," kata Menteri Keuangan Agus Martowardojo di kompleks parlemen pada Senin malam, 14 Januari 2013. Sebelumnya, target pemerintah adalah 6,8-7,2 persen.
Agus mengatakan koreksi ini harus dilakukan meskipun ekonomi dan perdagangan dunia diprediksi akan membaik dibanding 2012. Meski terkoreksi, pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa depan masih didukung oleh dua sektor utama, yakni konsumsi domestik dan investasi. Konsumsi domestik terutama diprediksi bakal meningkat akibat peningkatan batas minimal pendapatan tidak kena pajak (PTKP). "Selain itu investasi yang sampai September 2012 masih tumbuh 27 persen," ujarnya.
Senada, Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Bambang Brodjonegoro, enggan menilai koreksi ini sebagai aksi pesimistis pemerintah. Langkah ini diambil sebagai aksi realistis melihat kondisi ekonomi global saat ini. "Kami bicara realitas bahwa semua angka tidak seluruhnya tercapai. Padahal, kalau tidak tercapai, orang ingin tahu melesetnya ke kisaran berapa?" ujarnya.
Menurut dia, meski menurun dari target, upaya ini merupakan usaha pemerintah untuk menjelaskan kepada DPR dan masyarakat bahwa ada tantagan di tahun ini. "Ini yang kami coba tampilkan agar dua pihak sama-sama paham bahwa tahun ini tidak mudah," ujarnya.
AYU PRIMA SANDI