TEMPO.CO, Jakarta - PT Bakrie Telecom Tbk. (BTEL) belum berencana untuk mengembangkan bisnis besar-besaran pada tahun depan. Begitu pula untuk pelunasan utang, belum terpikir oleh perseroan untuk mempercepat pengurangan beban usaha mereka.
"Utang itu baru jatuh tempo 2014. Untuk investasi, kami pelan-pelan saja," ujar Wakil Direktur Utama PT Bakrie Telecom, Jastiro Abi, dalam paparan publik di Gedung Mega Plaza, Selasa, 18 Desember 2012.
Utang tercepat yang bakal jatuh tempo adalah dana pinjaman sebesar US$ 50 juta dari Credit Suisse. Utang ini digunakan oleh perseroan untuk pembayaran obligasi BTEL I sebesar Rp 650 miliar yang jatuh tempo pada September lalu.
Abi menuturkan, belum ada niat perseroan untuk mencicil pelunasan utang pada tahun depan. Yang ada, perseroan akan berupaya untuk meningkatkan pendapatan serta keuntungan usaha pada tahun depan agar bisa membayar utang saat jatuh tempo. "Saat ini kami berusaha dulu agar growth perusahaan jadi positif."
Untuk ekspansi, perseroan akan lebih berhati-hati dan tidak melakukannya secara besar-besaran. Investasi untuk ekspansi disesuaikan dengan pertumbuhan perusahaan dan kebutuhan pengembangan. Fokusnya, lebih pada ekspansi broadband dan data. "Kalau ada kesempatan bakal kami lakukan ekspansi tersebut, jadi disesuaikan saja," kata Abi.
PT Bakrie Telecom mencatat kerugian sebanyak Rp 988,24 miliar hingga kuartal ketiga tahun ini. Kerugian melonjak 53 persen ketimbang kerugian pada periode serupa tahun lalu yang sebanyak Rp 524,96 miliar.
Kerugian usaha Grup Bakrie di bidang telekomunikasi tersebut tak lepas dari kerugian kurs akibat depresiasi nilai rupiah yang mempengaruhi nilai kewajiban perusahaan, termasuk beban bunganya. Selain itu, juga disebabkan peningkatan beban depresiasi network asset setelah belanja aset di tahun lalu untuk peningkatan kualitas layanan.
GUSTIDHA BUDIARTIE