TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat perminyakan dan gas, Kurtubi, menilai kebijakan pemerintah mengekspor gas alih-alih menjual di pasar domestik sebagai langkah yang salah. Pasalnya, beberapa gas ekspor dari Indonesia justru dijual dengan harga yang lebih murah dibandingkan dengan harga jual di pasar domestik.
"Ini kebijakan yang salah karena gas yang diekspor tidak semua dengan harga bagus," kata Kurtubi ketika dihubungi, Kamis, 1 November 2012.
Ia mencontohkan gas ekspor dari Irian Jaya ke Cina yang dijual dengan harga US$ 3,35 per MMBTU, padahal PLN membeli dengan harga US$ 9 per MMBTU. Volume ekspor ke Cina ini mencapai 2,7 juta ton per tahun. Akibatnya, negara merugi sekitar Rp 30 triliun per tahun. Kebijakan ekspor ini, lanjut Kurtubi, terus-menerus berlangsung dari era presiden Megawati Soekarnoputri hingga sekarang, dan tidak ada indikasi akan dihentikan.
Kebijakan ini merugikan konsumen dalam negeri yang jelas-jelas membutuhkan pasokan gas, terutama PLN. Kurtubi menyayangkan keputusan pemerintah yang lebih mementingkan pasar ekspor. "Seharusnya dialihkan ke dalam negeri," katanya.
Karena kekurangan pasokan gas tersebut, menurut dia, akhirnya PLN menggunakan bahan bakar minyak agar pembangkitnya terus berfungsi. "Daripada pembangkitnya menganggur," katanya. Keputusan PLN yang menggunakan BBM untuk mengoperasikan pembangkitnya membuat biaya operasional mereka menjadi mahal.
Kurtubi juga menilai pasokan gas untuk industri domestik sangat kurang. "Bertahun-tahun kalangan industri teriak-teriak karena kurang gas," katanya. Menurut dia, kini pemerintah harus segera menghentikan ekspor dengan harga murah dan mengalihkannya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral kemarin mengatakan pemerintah memilih mengekspor gas karena harga gas dalam negeri yang terlalu murah. Di Sebuku saja harga keekonomian gas mencapai US$ 9 MMBTU. Harga rata-rata gas di pasar domestik berkisar pada US$ 6 per MMBTU, sementara di luar negeri harga gas mencapai US$ 15 MMBTU.
ANANDA W. TERESIA
Terpopuler:
Konversi Bensin ke Gas 2013 Cuma Dapat Rp 447 M
Perusahaan Tambang Belerang Diminta Tambah Setoran
Dahlan Iskan Didorong Buka Kasus Suap BUMN-DPR
Industri Keluhkan Ketidakpastian Stok Gas
Wings Air Buka Rute Wakatobi dan Waingapu