TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah sudah kembali berada di atas level 9.500 per dolar Amerika Serikat (AS) karena masih adanya permintaan di pasar domestik serta kekhawatiran di kawasan Eropa. Apresiasi rupiah tertahan juga karena aksi ambil untung yang dilakukan oleh para investor dengan kembali melakukan akumulasi dolar AS di saat harga rendah.
Analis dari Treasury Bank Negara Indonesia, Raditya Ariwibowo, menjelaskan jatuhnya harga saham di bursa domestik dan tidak adanya dana masyarakat yang diserap pada lelang sukuk kemarin memberi tekanan terhadap rupiah kemarin.
Permintaan imbal hasil yang lebih tinggi dari para investor mengindikasikan adanya kecemasan di pasar sehingga mereka lebih merasa aman untuk memegang dolar AS.
Tadi pagi rupiah di buka di level 9.490 per dolar AS. Sedangkan di transaksi non deliverable forward (NDF) offshore, rupiah dibuka di level 9.529–9.544 per dolar AS. Siang ini, pukul 11.20 WIB, rupiah ditransaksikan kembali melemah cukup dalam 46 poin (0,48 persen) dari penutupan kemarin di 9.493 per dolar AS.
Dia memprediksikan hari ini rupiah akan cenderung melemah seiring meningkatnya perhatian para pelaku pasar terhadap kondisi di Eropa. “Khususnya sikap dari Spanyol yang enggan menerima dana talangan.”
Memanasnya suhu geopolitik di kawasan Asia karena perselisihan Cina dan Jepang pulau di Laut Cina mendorong dolar AS menguat terhadap yen Jepang.
Mata uang Asia siang ini sebagian besar menguat terhadap dolar AS. Peso Pilipina menguat 0,25 persen, won Korea Selatan 0,17 persen, dolar Singapura 0,09 persen, serta ringgit Malaysia juga terapresiasi 0,23 persen.
VIVA B. KUSNANDAR