TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pelan-pelan mengalami penguatan, meskipun masih belum lepas dari kisaran Rp 16 ribu. Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, memprediksi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hari ini Kamis, 25 April 2024 masih akan menguat.
"Mata uang rupiah fluktuatif, namun ditutup menguat di rentang Rp 16.110 - Rp 16.180," katanya.
Pada akhir perdagangan Rabu kemarin, 24 April 2024, kurs rupiah ditutup menguat 65 poin ke level Rp 16.155 per dolar AS. Sementara pada hari sebelumnya, nilai tukar rupiah ditutup pada level Rp 16.220 per dolar AS.
Ibrahim mengungkapkan dua sentimen yang dianggap mempengaruhi nilai tukar rupiah. Pertama, pasar merespons positif penetapan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka sebagai pasangan Presiden dan Wakil Presiden RI terpilih periode 2024-2029.
Sebelumnya, Mahkamah Konstitusi (MK) telah menolak seluruh gugatan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum yang diumumkan pada Senin, 22 April 2024. Penolakan gugatan tersebut, kata Ibrahim memberikan angin segar bagi mata uang rupiah.
"Hal ini terbukti sejak putusan MK pada Senin hingga hari ini, rupiah terpantau secara konsisten mengalami penguatan walaupun penguatannya belum dibawah Rp 16.000," tuturnya.
Sementara itu, Bank Indonesia atau BI menaikkan suku bunga acuan (BI Rate) ke level 6,25 persen pada Rabu, di saat nilai tukar rupiah masih anjlok. Keputusan ini diambil untuk memperkuat stabilitas rupiah dari kemungkinan memburuknya risiko global. Selain itu, juga sebagai langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap dalam sasaran 2,5±1 persen pada 2024 hingga 2025.
Ibrahim menambahkan, indeks dolar dan indeks dolar berjangka sedikit bergerak di perdagangan Asia setelah turun tajam pada Selasa. Pemicunya adalah data indeks manajer pembelian menunjukkan kelemahan tak terduga dalam aktivitas bisnis AS.
"Namun, dolar mempertahankan sebagian besar kenaikannya sejauh ini pada bulan April, karena para pedagang tidak memperhitungkan ekspektasi penurunan suku bunga lebih awal oleh Federal Reserve," katanya.
Saat ini, kata dia, fokus pasar tertuju pada data ekonomi AS yang akan segera dirilis. Data produk domestik bruto kuartal pertama akan dirilis pada Kamis. Sementara itu, data indeks harga PCE alat pengukur inflasi pilihan The Fed akan dirilis pada Jumat.
Data ekonomi AS berpotensi memberikan lebih banyak petunjuk mengenai suku bunga. "Indikator-indikator terbaru yang menunjukkan inflasi AS yang tinggi menyebabkan pasar mengabaikan ekspektasi penurunan suku bunga pada bulan Juni."
Pilihan Editor: TKN Prabowo-Gibran Klaim Siap Kolaborasi untuk RAPBN 2025 Jika Diminta Jokowi