TEMPO.CO, Surabaya - Hingga saat ini, pabrik-pabrik rokok di Jawa Timur masih bergantung pada impor tembakau virginia dari Cina. Tak tanggung-tanggung, kebutuhan impor tembakau virginia mencapai 36 ribu ton per tahun.
"Jatim sebenarnya penyuplai 50-55 persen tembakau secara nasional, tapi khusus tembakau virginia masih kurang dan perlu impor dari Cina," kata Ketua Pelaksana International Tobacco Workshop, Joni Murti Mulyo Aji, Kamis 24 November 2011.
Karena itu, dalam workshop ini selain dihadiri para petani tembakau se-Indonesia juga mengundang perwakilan dari Cina untuk membagi pengalaman penanaman tembakau virginia. Dalam ajang ini juga digelar temu bisnis di antara produsen tembakau.
Di tempat yang sama, Kepala Dinas perkebunan Jawa Timur, Moch Samsul Arifien menjelaskan, produksi tembakau Jawa Timur tiap tahunya mencapai 83.404 ton. Dari jumlah ini, hasil tembakau virginia pada 2010 lalu baru mencapai 13.311 ton setahun.
"Areal lahan untuk virginia tahun lalu baru 13.477 hektare, kita selalu sosialisasikan untuk peningkatan penambahan dan pembukaan lahan baru," kata Samsul.
Untuk tahun 2011 ini, produksi tembakau virginia sebenarnya sudah mulai meningkat karena hingga november telah mencapai 21.256 ton dengan areal tanam meningkat mencapai 17.390 hektare.
Selain menyoal tembakau virginia, workshop juga membahas masih minimnya potensi pasar cerutu dalam negeri. Ketua Asosiasi Tembakau Indonesia, M Koentjoro mengatakan, potensi cerutu dalam negeri tak lebih dari lima persen dari potensi dunia.
"Produksi cerutu kita, 85 persennya diekspor ke eropa, 10 persen ke Amerika dan hanya 5 persen untuk pangsa dalam negeri," kata dia. Minimnya pasar cerutu dalam negeri karena, sebagian besar masyarakat masih menganggap cerutu adalah rokok mahal.
FATKHURROHMAN TAUFIQ