TEMPO.CO, Surabaya - Impor komoditas tembakau Jawa Timur meningkat cukup signifikan. Nilai impor pada Juli 2014 sebesar US$ 23,68 juta dan pada Agustus mencapai US$ 52,62 juta. "Peningkatannya mencapai 122 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur M. Sairi Hasbullah, Rabu, 1 Oktober 2014.
Menurut Sairi, lonjakan impor ini mengindikasikan bahwa pabrik-pabrik rokok lebih memilih tidak menyerap tembakau lokal. Padahal Jatim merupakan sentra tembakau. "Ini harus ditelaah karena menggerus devisa kita," katanya.
Baca Juga:
Tembakau impor itu mayoritas berasal dari Cina. Jumlahnya mencapai 8,33 ton atau sekitar 38 persen dari total nilai impor. Artinya, pasokan tembakau dari Negeri Bambu itu memberikan kontribusi cukup tinggi ke Jatim.
Selain tembakau, impor nonmigas Jatim juga didominasi mesin-mesin atau pesawat mekanik senilai US$ 316,18 juta, menyusul plastik dan barang plastik sebesar US$ 96,27 juta, besi dan baja sebesar US$ 87,81 juta, serta gandum-ganduman sebesar US$ 73,57 juta. Khusus komoditas besi dan baja, 38,29 persen ditopang oleh Cina, Amerika Serikat, dan Jepang. "Ini sebenarnya kurang aman. Kalau sebesar itu dari puluhan negara mungkin aman-aman saja," kata Sairi.
Meski begitu, Sairi menganggap wajar tingginya angka impor Jatim. Sebab, impor tersebut digunakan sebagai bahan baku atau penolong. Peningkatan impor itu terutama pada peralatan mekanik yang menjadi penyangga industri.
Nilai impor Jatim bulan Agustus 2014 mencapai US$ 3,1 juta atau naik 7,73 persen dibandingkan pada Juli yang mencapai US$ 1,96 juta. Secara kumulatif, nilai impor Januari-Agustus 2014 mencapai US$ 16.280,9 juta, atau naik 1,32 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2013. Angkanya mencapai US$ 16.069,18 juta.
ARTIKA RACHMI FARMITA
Baca juga:
Idha Protes Sidang Dihadiri Wartawan
Karyawan PLN Tewas Tersengat Listrik
Pemalsu Surat Tanah Kerabat Sultan Deli Dibebaskan
Tawarkan Door Prize, Tamu Ini Ternyata Maling