TEMPO Interaktif, Batam-Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kepulauan Riau mengeluh soal terbatasnya dana untuk melakukan riset soal potensi perikanan . Padahal daerah Kepulauan Riau yang terdiri dari 96 persen perairan mengandung kekayaan alam yang besar khususnya ikan yang bernilai jual tinggi. " Riset itu penting untuk dijadikan acuan bagi investor," kata Kepala Bidang Pengelolaan Kelautan dan Perikanan Kepri, Edirwan hari ini.
Edirwan menjelaskan, investor ingin menanamkan modalnya bila mengetahui potensi tersebut tercetak sebagai bukti. " Gak bisa cuma mulut," kata Edirwan. Ia menyebutkan belum ada industri perikanan yang memadai di provinsi tersebut. Sehingga pengelolaan hasil laut tidak bisa dilakukan.
Akibatnya nelayan selalu berhubungan dengan pengusaha Singapura atau Malaysia secara individu yang tentu harga jual hasil tangkapan seperti ikan, udang dan kepiting lebih murah.Ia mencontohkan, produksi ikan Pelagis Besar misalnya pada tahun 2009 mencapai 107,710 ton, pelagis kecil 135,590 ton, cumi-cumi 12,200 ton. Angka produksi tersebut, ujar Edirwan, akan meningkat hingga 300 persen bila didukung alat tangkap yang memadai seperti kapal penangkap ikan berbobot mati 50 ton yang mampu menangkap ikan di laut dalam.
Sentra pengembangan perikanan budidaya ikan laut di Batam terutama di Perairan Rempang dan Galang . Di perairan ini menyimpan banyak ikan kerapu, ikan kakap, ikan Napoleon, Ikan Bawal dan jenis ikan lain yang nilai jualnya tinggi. " Gimana mau bergerak jika dana aja terbatas," kata Edirwan.
Ia berharap pengelolaan kawasan perdagangan khusus Batam tidak hanya berfokus di industri darat, tapi juga di laut.
RUMBADI DALLE