Keluarnya modal asing menyebabkan perekonomian sempat dinyatakan dalam kondisi tidak normal. "Pekan lalu sempat mendekati warna kuning, alert pertama. Tapi sekarang sudah normal lagi," ujar Darmin.
Deputi Gubernur BI Hartadi A Sarwono menjelaskan, akibat sentimen negatif, saat ini SBI yang dimiliki pihak asing sudah keluar Rp 40 triliun. Ini setengah dari jumlah puncak saat kaburnya SBI ke luar negeri yakni Rp 80 triliun.
Kondisi ini disebut flight to safety yang mengakibatkan pelemahan nilai tukar rupiah pada Mei. "Pelemahan tidak menimbulkan gejolak yang besar. Ini bukti BI berhasil meredam dampak keluarnya SBI," tutur Hartadi melalui pesan pendek. Dia yakin dana itu akan kembali karena ekonomi Indonesia berprospek baik.
Darmin menerangkan, kondisi tersebut memang lazim terjadi saat terjadi sentimen negatif. Investor cenderung melarikan dananya ke mata uang yang dianggap lebih aman atau mengkonversikand dananya ke dalam komoditas berharga seperti emas. Dampaknya, terjadi aliran modal keluar atau capital outflow.
Untuk mengatur pengelolaan devisa, Bank Indonesia akan mengkaji regulasi untuk mengatur arus uang dalam Sertifikat Bank Indonesia. "Kami sedang menganalisa, tapi tidak akan mengatur arus outflow dan inflow-nya," tutur Darmin.
FAMEGA SYAVIRA