Dietisien dari Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta Fitri Hudayani mengatakan bahwa susu yang dibuat dari ekstrak daging ikan bisa menjadi pilihan sumber protein hewani.
"Keunggulan ikan dibandingkan dengan sumber hewani lainnya adalah ikan memiliki jenis lemak yang baik dan juga sumber omega 3 yang baik untuk kesehatan, baik untuk pertumbuhan dan perkembangan otak," katanya saat dihubungi ANTARA melalui layanan pesan pada Selasa.
Namun, dia mengingatkan bahwa produsen susu ikan saat ini belum banyak. Mereka yang ingin secara konsisten memasukkan susu ikan ke daftar menu sebaiknya mempertimbangkan ketersediaan produk ini.
"Karena produk ini masih belum banyak dikenal dan dikonsumsi banyak masyarakat maka perlu dipertimbangkan juga apakah mudah didapatkan jika akan dimasukkan ke dalam daftar menu sehari, sehingga dapat terjaga konsistensi keberadaannya dalam menu," kata Fitri.
Fitri mengatakan bahwa sebagaimana susu sapi, susu ikan juga mengandung alergen yang bisa memicu reaksi alergi pada orang tertentu. Jadi, riwayat alergi perlu diperhatikan saat hendak menyajikan susu ikan.
Selain itu, Fitri mengemukakan perlunya mempertimbangkan penerimaan terhadap rasa dan aroma susu ikan karena mungkin tidak semua orang menyukainya.
Dia mengatakan bahwa saat ini sudah ada beragam pilihan sediaan ekstrak ikan bagi orang yang membutuhkan suplemen protein.
"Sebenarnya produk ekstrak ikan sudah ada dalam bentuk lain selain minuman, misalnya kapsul ikan, ekstrak ikan, tepung ikan, yang biasanya bisa diberikan pada orang yang membutuhkan asupan protein lebih, misalnya orang dengan status gizi kurang atau orang dengan penyakit infeksi yang kebutuhan proteinnya meningkat," katanya.
Fitri menekankan bahwa pada prinsipnya beragam bahan pangan diperlukan untuk menyajikan menu makanan dengan gizi seimbang. Susu saja tidak bisa memenuhi seluruh kebutuhan nutrisi tubuh.
"Yang terpenting adalah membiasakan masyarakat, khususnya anak, ibu hamil, dan ibu menyusui, untuk memiliki perilaku makan sehat dengan mengkonsumsi dengan variasi makanan yang beragam," katanya.
Menteri Koperasi: Peluang Kembangkan Industri Pangan
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mendorong produksi susu berbasis ekstrak protein ikan sebagai alternatif untuk menggantikan susu sapi.
Pernyataan itu disampaikan Teten merespons wacana penggunaan susu ikan sebagai alternatif dari susu sapi dalam program makan bergizi gratis pemerintahan mendatang.
Saat ditemui di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu, Teten mengatakan bahwa inisiatif tersebut tidak hanya menawarkan alternatif sumber protein, tetapi juga membuka peluang besar bagi pengembangan industri pangan dalam negeri.
“Sebenarnya kami dengan Kementerian Koperasi sedang mendorong hilirisasi ikan untuk memproduksi ekstrak protein ikan, yang nanti bisa digunakan untuk industri makanan, untuk meningkatkan pendapatan para nelayan,” ujarnya.
Menurut Teten, inisiatif tersebut juga dapat mengurangi ketergantungan pada impor susu sapi, yang saat ini mencapai 80 persen dari total kebutuhan.
Pasalnya, Indonesia dinilai sulit untuk swasembada susu karena keterbatasan lahan dan produksi susu sapi perah yang rendah, rata-rata hanya 15 liter per hari.
Namun, Indonesia dinilai memiliki potensi besar untuk mengembangkan produk susu berbasis ikan, mengingat produksi ikan nasional mencapai 24,74 juta ton per tahun.
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bersama Kementerian Koperasi UKM pada Agustus 2023 telah meluncurkan susu ikan sebagai salah satu upaya mendorong hilirisasi produk perikanan.
KKP menyebut bahwa susu ikan merupakan produk inovasi yang menggabungkan manfaat protein ikan dengan diversifikasi produk olahan dari ikan.
Susu ikan dibuat dengan bahan baku ikan yang kemudian diolah dengan menggunakan teknologi modern hingga menghasilkan hidrolisat protein ikan (HPI) sebagai bahan baku susu ikan.
HPI adalah produk inovasi karya anak bangsa Berikan Bahari Indonesia, salah satu UMKM binaan KKP.
Susu ini diklaim memiliki beragam keunggulan, seperti mengandung asam lemak omega-3 EPA (eicosapentaenoic acid) dan DHA (docosahexaenoic acid) yang tinggi, bebas alergen, dan mudah dicerna tubuh karena memiliki tingkat penyerapan protein mencapai 96 persen.
Kepala Organisasi Riset Pertanian dan Pangan BRIN Puji Lestari mengungkapkan kelebihan dari "susu ikan" yang akan digunakan dalam Program Makan Bergizi Gratis yang diusung oleh Presiden dan Wakil Presiden terpilih Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
"Kelebihannya dibanding susu sapi biasa, tidak mengandung alergen jika alergi terhadap laktosa. Sehingga, aman bagi penderita lactose intolerant, karena ikan tidak mengandung laktosa," kata Puji yang dikonfirmasi ANTARA di Jakarta, Rabu.
Puji menambahkan "susu ikan" juga memiliki kandungan senyawa-senyawa protein yang telah terurai, seperti asam amino esensial dan nonesensial dan peptida yang memiliki fungsi kesehatan bagi tubuh seperti meningkatkan imun.
Di samping itu, ungkap dia, "susu ikan" memiliki kandungan protein yang terpecah, yang memudahkannya untuk diserap langsung oleh tubuh.
"Kemudian, jika dibuat dari ikan yang kaya lemak, 'susu ikan' memiliki lemak baik seperti omega," ujarnya.
"Meskipun istilahnya kurang tepat, yaitu 'susu', namun menimbang dari manfaat kesehatan serta potensinya yang sangat besar untuk dikembangkan di Indonesia sebagai negara maritim, produk ini dapat menjadi diversifikasi produk kaya protein pengganti susu sapi, mengingat ketersediaan susu sapi masih belum dapat dipenuhi secara mandiri di dalam negeri," tutur Puji Lestari.
Pilihan Editor Bandara IKN Didarati Jet Cessna Menhub, Basuki: Perlu Uji Coba Sekali Lagi sebelum DIgunakan Presiden Jokowi