Dari dalam negeri, laju inflasi terus mencatatkan tren yang melandai hingga Juli 2024. Pada Juli 2024, Badan Pusat Statistik atau BPS mencatat inflasi Indonesia sebesar 2,13 persen secara tahunan atau year-on-year (yoy). Inflasi Juli lebih rendah dari bulan sebelumnya yang tercatat 2,51 persen yoy. Meski laju inflasi melandai, pemerintah menyebut akan tetap mewaspadai berbagai risiko yang akan memberikan tekanan pada laju inflasi.
Salah satunya risikonya adalah gejolak harga pangan dan pasokan ke depan. Terutama karena masih adanya tantangan cuaca ekstrem seperti musim kemarau yang dapat memengaruhi stok pangan global dan produksi domestik.
"Penurunan inflasi secara tahunan pada Juli 2024 terjadi terutama akibat penurunan sebagian besar harga pangan seiring panen yang berlimpah dan kebijakan stabilisasi pasokan, serta turunnya inflasi harga diatur pemerintah," kata Ibrahim.
Jika dirincikan, komponen inflasi harga bergejolak atau volatile food menurun dari 5,96 persen yoy pada Juni menjadi 3,63 persen yoy pada Juli 2024. Hal ini sejalan dengan panen sayuran, buah, produk unggas, serta stok ikan yang melimpah di musim kemarau.
Komponen volatile food yang menahan penurunan inflasi lebih lanjut adalah komoditas cabai yang belum masuk masa panen. Kemudian, harga beras juga mulai naik akibat stok yang mulai berkurang. Sementara itu, inflasi inti mencatatkan kenaikan tipis dari 1,9 persen yoy pada Juni menjadi 1,95 persen yoy pada Juli 2024.
Pilihan Editor: Basuki Hadimuljono Sebut Istana Garuda di IKN jadi Simbol Kemandirian Bangsa Indonesia