TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengklaim hadirnya pabrik bahan anoda baterai litium di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, bakal membuat Indonesia disegani dunia.
"Jadi saya yakin dalam kurun waktu tidak lama ekspor turunan hilirisasi akan meningkat signifikan. Dan lebih dari itu, tidak ada orang anggap enteng lagi Indonesia bahwa Indonesia ini bisa diatur-atur oleh siapa pun," kata Luhut dalam sambutannya di sela peresmian pabrik tersebut, Rabu, 7 Agustus 2024.
Menurut Luhut, adanya pabrik yang mampu memproduksi bahan anoda baterai sebanyak 80 ribu ton per tahun akan menyaingi Cina yang saat ini memproduksi 100 ribu ton per tahun.
"Indonesia negara besar, negara yang punya karakter, negara yang bisa mengatakan iya, dan negara yang bisa mengatakan tidak," kata Luhut.
Dia menjelaskan proyek tersebut dibangun hanya 10 bulan sejak perjanjian investasi ditandatangani Presiden Joko Widodo di Cina pada Oktober 2023.
"Ini sebenarnya merupakan suatu ekosistem yang kita bangun. Jadi, dengan ekosistem yang sudah terbangun ini Indonesia sudah tidak bisa diabaikan lagi dari mana-mana," ucap Luhut.
Menurutnya, hal itu juga akan menjadi contoh bagi negara lain di dunia. Namun, dia menekankan pentingnya konsistensi dalam dua hal, pertama mengenai legal dan kedua soal kebijakan.
Luhut menjelaskan, anoda adalah salah satu komponen utama dalam baterai litium yang berperan sebagai sumbu negatif. Sementara nikel yang hilirisasinya telah dilakukan, selama ini adalah membentuk komponen katoda yang berperan sebagai sumbu positif.
Ia memberi contoh, Amerika Serikat akan belanja anoda ke Indonesia karena lebih murah.
Lebih lanjut dia mengatakan, katoda tidak hanya berasal dari nikel, tetapi ada pula yang berasal dari fostat dan besi yang dikenal sebagai Lithium Ferro Phosphate (LFP).
"Namun apapun jenis katodanya, nikel atau LFP tetap membutuhkan anoda ini bagian dari ekosistem yang kita bangun," jelasnya.
Menurut Luhut, pentingnya investasi BTR New Energy Material di Indonesia, apalagi perusahaan itu sebagai produksi anoda atau baterai terbesar di dunia dengan teknologi yang paling maju.
"Pabrik yang akan diresmikan Bapak (Presiden Joko Widodo) hari ini memiliki kapasitas 80 ribu ton yang cukup untuk membuat 1,5 juta mobil listrik," kata Luhut lagi.
Dia bahkan mengungkapkan, bahwa pada awal kuartal IV tahun ini perusahaan tersebut juga akan mulai membangun fase kedua dan diperkirakan akan selesai pada 1 Maret 2025.
"Dan total kapasitas 160 ribu ton. Dengan kapasitas ini, Indonesia akan menjadi produsen anoda baterai nomor dua terbesar di dunia," tuturnya.
Ia menyebutkan, saat ini produksi anoda baterai oleh Jepang hanya memiliki kapasitas sebesar 10 ribu ton. Lalu Korea Selatan 40 ribu ton. Sementara pabrik terbesar di adalah China dengan kapasitasnya di atas 100 ribu ton.
"Jadi kita akan bisa melewati Cina dalam beberapa waktu ke depan. Dengan adanya pabrik anoda baterai ini ekosistem industri litium baterai Indonesia akan semakin lengkap," tambah Luhut.
Dia menambahkan, keberhasilan Indonesia membangun hilirisasi dan mengembangkan ekosistem mobil dan baterai tidak lepas dari arahan Presiden Joko Widodo dan konsistensi pemerintah dalam menghentikan ekspor nikel ore.
Menurut laporan Evmarketreport, saat ini produksi bahan anoda aktif baterai didominasi oleh Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan, masing-masing sebesar 73%, 16%, dan 9%. Grafit sintetis merupakan bahan yang paling banyak digunakan, mewakili 63% dari produksi global pada tahun 2022, diikuti oleh grafit alami sebesar 35%, dan silikon sebesar 1%.
Yunnan Sanshan New Materials awal tahun ini meresmikan pabrik terpadu anoda baterai lithium-ion dengan produksi tahunan 300.000 ton di Sichuan, Cina. Peristiwa penting pada tanggal 11 Januari 2024 ini menandai dimulainya secara resmi pabrik terpadu terbesar di dunia untuk bahan anoda baterai lithium.
Presiden Jokowi dalam sambutan saat meresmikan pabrik anoda itu mengakui bahwa pabrik bahan anoda baterai ini sebagian barangnya seperti natural grafit diimpor dari Afrika. Namun untuk artificial grafit diambil dari kilang pertamina di Riau.
"Dan juga untuk industri baterai litium kita memang gak punya litiumnya, ambil dari Australia. Tapi nikelnya ada di Indonesia. Kalau terintegrasi semuanya dan jadi barang setengah jadi kita akan jadi pemasok global supply chain,” kata Jokowi.
Pada September 2024, perusahaan asal Korea Selatan yakni LG akan membangun pabrik katoda sebagai ekosistem baterai kendaraan listrik di Kawasan Industri Terpadu Batang.
"Karena feasibility study-nya sudah selesai bulan Agustus 2024. Dan katoda akan di bangun di sini," kata Menteri Investasi Bahli Lahadalia beberapa waktu lalu.
Pilihan Editor SKK Migas Usulkan Ladang Migas Blok South Andaman Masuk PSN, Apa Keunggulannya?