Untuk menjaga defisit bukan hanya pada posisi 3 persen tapi stabil dan lebih rendah, tekanan tersebut perlu diatasi dengan beberapa pendekatan. Belanja negara, menurut dia, harus dibuat rasional dan bijak. Program presiden dan wakil terpilih bersifat ekspansionari atau luas dan menyasar pertumbuhan ekonomi dengan mengandalkan stimulus-stimulus. “Ini harus dibuat bertahap sesuai ruang fiskal yang ada,” ujarnya.
Selanjutnya, ruang fiskal, Drajad mengatakan, harus selalu diperbesar dengan melakukan terobosan penerimaan negara pada dua sumber penerimaan secara sistemik dan ad hoc. "Ini berlaku pada PPN, PPh, PNBP, bea dan cukai," katanya.
Ia menyarankan sebaiknya jangan mengandalkan pembiayaan utang karena biaya dana yang akan dikeluarkan cenderung meningkat. Selain itu, beban pembayaran pokok dan bunga utang tahun 2025 dan selanjutnya sangat besar. Untuk tahun depan, pemerintah menanggung beban utang jatuh tempo sekitar Rp 800 triliun.
Adapun program makan bergizi gratis dan pembangunan ibu kota baru atau IKN diyakini akan tetap berjalan beriringan. “Tapi tahapannya disesuaikan dengan ruang fiskal,” ujar Drajad.
Pilihan Editor: Kronologi Pembobolan di Bank Jago, Rekening Diduga Hasil Kejahatan?