TEMPO.CO, Jakarta - Aktivis lingkungan yang tergabung dalam 350.org, Climate Rangers Jakarta, Enter Nusantara, Fosil Free UKI, dan XR melakukan aksi yang ditujukan kepada Asian Development Bank (ADB). Mereka menuntut berbagai hal terkait dengan pendanaan yang dilakukan ADB terkait transisi energi di Indonesia.
Para demonstran menuntut ADB mengutamakan investasi secara adil, berkelanjutan dan transparan. Mereka juga mempertanyakan ADB yang mendorong transisi energi namun masih mendanai investasi pada energi berbahaya seperti gas alam, sampah, panas bumi, atau nuklir.
Hal tersebut dinilai para aktivis lingkungan sebagai ketidakdilan."Kami meminta ADB untuk mementingkan investasinya yang adil, berkelanjutan dan transparan, karena disini ADB memiliki banyak peran dalam transisi energi, tetapi dalam investasinya ADB masih banyak ketidakadilan" Ujar Ginanjar Ariyasuta dalam orasinya di depan kantor Kedutaan Besar Jepang, Jakarta, Jumat, 7 Juni 2024.
Ketidakadilan yang dimaksud dalam aksi ini mengacu pada komitmen ADB mengubah penggunaan energi berbahan fosil ke energi yang lebih bersih dan ramah lingkungan. Namun menurut Ginanjar ADB masih mengeluarkan investasi pada sektor energi kotor. "Di sini kami memandang seharusnya ADB berfokus dan memperbanyak investasi langsung energi terbarukan, pastikan investasinya tepat sasaran ke energi terbarukan, energi yang bersih dan bermanfaat langsung untuk masyarakat, itu yang pertama," Ujar Ginanjar.
Dalam demonstrasi tersebut, para aktivis lingkungan juga menuntut ADB untuk memperbanyak pendanaan berbentuk hibah ketimbang hutang. ADB, menurut Ginanjar, berperan untuk memobilisasi pendanaan sebanyak US$ 20 miliar di Indonesia.
Pendanaan tersebut dihimpun dalam bentuk dukungan pendanaan pemerintah dan swasta selama periode 3-5 tahun. Mirisnya dari dana puluhan miliar tersebut yang terhimpun sebagai dana hibah hanya sedikit. "Dari total 20 miliar dolar, hanya 1,47 persen yang merupakan dana hibah."
Hal tersebut lanjut dia, menunjukan ketidakseriusan ADB sebagai perusahaan dari negara maju untuk memobilisasi pendanaan transisi energi. Aktivis lingkungan memandang bahwa mobilisasi pendanaan yang dilakukan dengan hibah ke negara berkembang sebagai bentuk tanggung jawab terhadap polusi. "Disini kami meminta ADB dan pemerintah Jepang untuk serius mendanai transisi energi berkembang untuk memperbanyak hibah daripada utang" tutur Ginanjar.
Para aktivis juga menuntut keterlibatan masyarakat dalam perencanaan ADB melakukan transisi energi, baik segi pendanaan dan hal teknis lainnya. Aksi ini tidak hanya dilakukan di Jakarta Indonesia, melainkan di berbagai kota lainnya di Indonesia seperti Medan, Jogja, Cirebon, Aceh, dan Solo.
MAULANI MULIANINGSIH (MAGANG)