TEMPO.CO, Jakarta - PT PLN (Persero) mengklaim sukses menyediakan pasokan listrik andal selama periode siaga Ramadan dan Idul Fitri 1445. Periode ini terhitung sejak 3 April hingga 19 April 2024. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan selama masa siaga tersebut, beban puncak nasional tertinggi mencapai 42.948 megawatt (MW) dengan daya mampu pasok 52.916 MW.
"Pada hari Lebaran atau 10 April 2024, beban puncak mencapi 31.212 MW, tumbuh 3,53 persen dibanding Idul Fitri tahun sebelumnya," kata Darmawan melalui keterangan tertulis, Ahad, 21 April 2024.
Darmawan menyebut keandalan listrik selama momen Ramadan dan Idul Fitri 1445 H tak lepas dari sejumlah langkah mitigasi dan kesiagaan personel PLN Group, baiik pada sisi pembangkit, transmisi, maupun distribusi. Ia berujar, ada lebih dari 81 ribu insan PLN Group di seluruh Indonesia yang siap siaga selama periode ini. Mereka betugas di 2.766 posko di seluruh titik vital kelistrikan dan pusat kegiatan publik di seluruh Tanah Air.
Para personel tersebut, kata Darmawan, dilengkapi dengan 1.731 unit genset, 735 unit Uninteruptible Power Supply (UPS), 1.206 Unit Gardu Bergerak (UGB). Kemudian, 188 Unit Kabel Bergerak (UKB)/Unit Kabel dan Kubikel Bergerak (UKKB), 19 unit Trafo Mobile, 33 unit Emergency Restoration System (ERS), 395 unit crane, 3.756 unit mobil operasional, serta 3.318 sepeda motor operasional.
Darmawan juga mengklaim PLN sigap mengatasi gangguan kelistrikan akibat bencana alam yang terjadi selama periode siaga Ramadan dan Idul Fitri 1445 H. Menurutnya, kesiapsiagaan personel PLN berhasil membuat suplai listrik kembali normal dengan cepat di setiap lokasi terdampak bencana alam.
Lebih lanjut, Darmawan mengatakan keberhasilan PLN dalam menjaga keandalan listrik selama momen Lebaran turut ditopang pelayanan pelanggan melalui aplikasi PLN Mobile.
“Setiap terjadi gangguan atau kebutuhan terkait layanan ketenagalistrikan, pelanggan dapat langsung melaporkan melalui PLN Mobile dan petugas dengan sigap langsung menindaklanjutinya,” ungkapnya.
Pilihan Editor: Dianalogikan sebagai Bandung Bondowoso saat Bangun IKN, Respons PUPR?