Jamaah Masjid Aolia di Desa Giriharjo, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta merayakan Idul Fitri 1445 H pada Jumat, 5 April 2024. Lebaran paling cepat ini ramai diliput media.
Setelah itu muncul video pernyataan imam masjid, KH Raden Ibnu Hajar Sholeh Pranolo atau acap disapa Mbah Benu, mengatakan bahwa ia mendapat kabar 'langsung' dari Allah untuk merayakan Idul Fitri 1445 H.
“Saya tidak pakai perhitungan, saya 'telepon' langsung kepada Allah ta'ala. Ya, Allah ini sudah 29, satu syawalnya kapan? Allah ta’ala ngendiko (berkata) tanggal limo dinone Jumuwah (tanggal 5 harinya Jumat),” ujar Mbah Benu.
Sementara Jamaah An-Nadzir melaksanakan salat Idul Fitri 1445 Hijriah di pelataran Masjid Al Muqaddis, Kampung Butta Ejayya, Kecamatan Bontomarannu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, Selasa, 9 April 2024.
Salat Id tersebut berlangsung pukul 07.15 Wita yang dipimpin oleh pimpinan An-Nadzir, Samiruddin Pademmui, selaku imam sekaligus khatib. Prosesi ibadah dijaga aparat keamanan dari TNI/Polri agar berlangsung aman.
Jamaah laki-laki berada di pelataran masjid dengan menggunakan pakaian gamis dibalut sorban, sedangkan jamaah perempuan di dalam masjid dengan mengenakan pakaian berwarna hitam dengan cadar menutupi wajahnya.
Samiruddin mengatakan, pelaksanaan shalat Id tersebut merujuk kepada hadis serta memiliki ilmu dan metodologi tersendiri, bahkan dibantu aplikasi khusus dalam menetapkan 1 Syawal 1445 Hijriah yang jatuh pada hari ini. Selain itu, patokan menentukan 1 Syawal tetap mengacu pada Al Quran dan sunnah Nabi Muhammad SAW.
Lebaran jatuh hari Selasa juga dilakukan oleh Pondok Pesantren Mahfilud Dluror di Desa Suger Kidul, Kabupaten Jember, Jawa Timur.
Peserta salat Id di lingkungan Pesantren Mahfilud Dluror tidak hanya warga Kabupaten Jember, juga warga Kabupaten Bondowoso, karena lokasi pesantren tersebut berada di perbatasan kedua kabupaten tersebut.
"Kami melakukan penetapan 1 Syawal 1445 Hijriah dengan metode hisab dan rukyat, namun berbeda dengan cara yang dilakukan pemerintah dan Muhammadiyah," kata Pengurus Ponpes Mahfilud Dluror, Yusuf Amir Sholeh.
Menurutnya, metode hisab dilakukan dengan mengacu pada wukuf Arofah haji dan Maulid Nabi Muhammad SAW yang jatuh pada hari Selasa, sehingga diyakini bahwa 1 Syawal 1445 H juga di hari yang sama, yakni Selasa.
Sedangkan cara rukyat dilakukan pada 22 Syaban, namun tidak menggunakan teropong seperti yang dilakukan pihak Kemenag dengan menilai posisi hilal, karena dilakukan secara kasat mata.
Dalam menetapkan awal puasa, pesantren yang diasuh oleh KH Ali Wafa tersebut berdasarkan kitab salaf Nushatul Majaalis wa Muntahobul Nafaais yang diterapkan sejak tahun 1826 dengan sistem khumasi.
Yusuf menjelaskan tidak ada paksaan kepada warga sekitar pesantren untuk mengikuti hasil ijtihad di pesantren tersebut dan masyarakat bebas memilih dalam merayakan Lebaran 2024.
"Mereka bebas untuk mengikuti penetapan 1 Syawal 1445 Hijriah sesuai penetapan pemerintah, Muhammadiyah atau ikut metode yang dijalankan pesantren yang sudah berjalan ratusan tahun lamanya," katanya.
ANTARA
Pilihan Editor Kronologi Pemuda Demak Rusak Pagar Jembatan Agar Truk Sound Horeg Bisa Lewat