Josua menjelaskan, peningkatan konsumsi rumah tangga terindikasi dari tren yang meningkat dari indeks penjualan ritel dan indeks keyakinan konsumen (IKK) pada akhir kuartal IV 2023. Solidnya konsumsi rumah tangga terutama masyarakat berpenghasilan rendah, ujar Josua, ditopang oleh penyaluran bantuan sosial alias bansos, terutama bantuan langsung tunai (BLT) El Nino.
Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI, Teuku Riefky, juga memproyeksikan pertumbuhan ekonomi sepanjang 2023 yang lebih rendah daripada 2022 yang sebesar 5,31 persen.
"Lalu (produk domestik bruto/PDB) keseluruhan tahun 2023 adalah sebesar 5,05 persen sampai 5,06 persen," ujar dia pada Ahad malam.
Sementara itu, dia memprediksi PDB Indonesia pada kuartal ke-IV 2023 adalah 5,04 persen. Adapun kisarannya 5,02 persen sampai 5,06 persen.
"Presiden Jokowi (Joko Widodo) sedikit tidak beruntung karena ia memulai masa pemerintahannya ketika harga komoditas berada di titik terendah, yang mengakibatkan pertumbuhan PDB rata-rata berada di bawah administrasi Presiden SBY (Susilo Bambang Yudhoyono)," tutur Riefky, sapaannya.
Selain itu, dia menyebut masa jabatan kedua Jokowi sebagian besar berada dalam era pandemi Covid-19, yang membuat rencana-rencana menjadi terganggu. Namun, menurut Riefky, administrasi Jokowi berhasil meningkatkan pertumbuhan PDB setelah dampak buruk dari pandemi Covid-19 mereda.
"Selain itu, pemerintahan Jokowi berhasil mencapai tingkat kemiskinan satu digit, meskipun ketimpangan masih terjadi selama masa pemerintahan Presiden Jokowi," ujar dia.
Pilihan Editor: Prabowo Sebut Pemilih Internet Gratis Punya Otak yang Lambat, Ganjar Bilang Begini....