TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Ombudsman RI Hery Susanto mengungkap beberapa masalah yang terjadi pada operasional Kereta Cepat Jakarta-Bandung alias Whoosh. Temuan tersebut berdasarkan tinjauan lapangan yang dilakukan pada 8 Desember 2023 lalu, terkait efektivitas dan efisiensi serta dampak beroperasinya sepur kilat itu.
Dalam konferensi pers Catatan Akhir Tahun Ombudsman RI 2023 bertajuk 'Pengawasan Pelayanan Publik Sektor Transportasi, Infrastruktur Jalan dan Energi', Hery membeberkan sejumlah persoalan tersebut.
“Pertama padamnya listrik, kedua Kereta Api Feeder telat, ketiga kereta cepat mandek 20 menit, keempat sistem refund belum optimal, dan kelima susah sinyal,” ujar Hery di Kantor Ombudsman, Jakarta Selatan, pada Jumat, 29 Desember 2023.
Soal padamnya listrik, kata Hery, terjadi pada 31 Oktober 2023 yang menyebabkan terhentinya operasional. Menurut dia, PT Kereta Cepat Indonesia China atau KCIC sebagai operator Whoosh menegaskan hal itu bukan kelalaian dari pihak pengelola kereta cepat.
KCIC, Hery menjelaskan, mengaku merasa dibohongi oleh PLN UID Jawa Barat yang menjanjikan akan mensuplai pemasokan listrik secara premium. Bahkan dengan mendapatkan layanan pemasokan listrik yang berkualitas yang berasal lebih dari satu sumber atau dua transmisi yang berbeda.
“Namun faktanya setelah adanya kejadian padamnya listrik pada 31 Oktober 2023 PT KCIC menemukan pemasokan suplai listrik yang hanya berasal dari sumber atau satu transmisi yang sama,” ucap Hery. “Sehingga menyebabkan pemadaman saat ada gangguan di jalur utama.”
Selain itu KCIC mengaku PLN UID Jawa Barat kurang responsif terhadap padamnya listrik PLN yang terjadi di wIlayah tersebut sehingga menyebabkan waktu keterlambatan hinga 25 menit. Di sisi lain, Hery berujar, KCIC menilai alasan PLN UID Jawa Barat yang menganggap panasnya cuaca yang membuat komponen instalasi kelistrikan mengalami overheat dan penurunan keandalan dianggap tidak relevan.
“Pasalnya Indonesia sudah terbiasa dengan cuaca panas,” kata dia.
Kemudian masalah Kereta Api Feeder telat, Ombudsman mendapatkan adanya keluhan penumpang Whoosh pada 31 Oktober 2023 yang ketinggalan kereta di stasiun. Hal itu disebabkan keterlambatan kedatangan Feeder sebagai layanan integrasi antarmoda berbasis kereta api yang menghubungkan Stasiun Bandung dengan Stasiun Kereta Cepat Padalarang.
Permasalahan Feeder, menurut Hery, bukan wewenang dari KCIC sebagai operator Kareta Cepat Jakarta Bandung, tapi PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau PT KAI. Pasalnya Feeder operasionalnya di bawah naungan BUMN yang bergerak di bidang perkeretaapian itu.
“Selain itu kapasitas Feeder hanya maksimal mengangkut 200 orang penumpang yang bisa duduk, sementara jumlah penumpang kereta cepat bisa sampai 601 orang jika terisi penuh,” tutur Hery. “Sehingga penumpang yang tidak dapat tempat duduk harus berdiri.”
Selanjutnya kereta cepat mandek 20 menit. Hal itu terjadi pada 23 Oktober 2023 yang diakibatkan adanya orang tidak dikenal yang memanjat dinding penghalau kebisingan di KM 103, Desa Cempaka Mekar, Padalarang, Kabupaten Bandung Barat.
Dalam upaya mitigasi tersebut, kata Hery, KCIC sudah melengkapi beberapa titik dengan CCTV dan ruang Monitor Pantograf. Tujuannya untuk memantau objek tertentu yang masuk ke lintasan rel area KCIC dan Listrik Aliran Atas (LAA) KCIC seperti dahan pohon, layang layang dan hewan liar seperti kera ataupun hewan ternak penduduk yang masuk dalam jalur kereta.
“Hal tersebut dilakukan guna menjaga keselamatan para penumpang Kereta Cepat serta dalam operasionalnya perjalanan kareta dapat berjalan dengan baik tanpa ada gangguan apa pun,” kata Hery.
Lalu masalah sistem refund belum optimal. Menurut Hery, KCIC telah menyediakan layanan pembatalan tiket Whoosh secara manual untuk memenuhi kebutuhan penumpang. Namun, sistem refund manual tersebut mendapatkan keluhan dari berbagai penumpang lantaran dianggap tidak efektif dan efesien.
Alasannya, karena memakan waktu yang cukup lama mengingat dalam mekanisme sistem refund tiket KCIC tersebut hanya bisa dilakukan secara offline dengan mewajibkan pelanggan harus datang ke loket Stasiun Kereta. “Seharusnya ke depannya refund tiket dapat dilakukan melalui contact center, WhatsApp, Loket Stasiun, maupun kanal-kanal resmi lainnya,” ujar Hery.
Kemudian kendala susah sinyal di sejumlah titik perjalanan. Salah satunya ketika melewati hutan industri di Karawang dan terowongan sepanjang 4,5 kmilometer. Susahnya sinyal itu membuat para penumpang Whoosh mengeluh lantaran susah berkomunikasi selama perjalanan.
Menurut Hery, pihak KCIC pun merespons masalah ini, dengan mengupayakan penambahan jaringan wifi di dalam area kereta. Pada saat ini pihak KCIC juga sudah melakukan komunikasi dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika dan sudah melakukan kerja sama dengan operator telekomunikasi.
“Seperti Telkomsel dan Indosat guna mencari solusi terkait susahnya sinyal selama dalam perjalanan kareta,” kata Hery.
Atas masalah tersebut, Ombudsman memberikan saran tiga hal. Pertama, meminta PT PLN (Persero) memenuhi komitmen kepada KCIC untuk mensuplai pemasokan listrik secara premium. Sehingga dapat mendukung penyelenggaraan kereta cepat Jakarta-Bandung.
Kedua, meminta Kementerian Komunikasi dan Informartika mendorong para operator telekomunikasi untuk memperkuat jaringan sinyal di wilayah hutan industri Karawang.
Ketiga, mendorong Pemerintah Kabupaten Karawang dan Kabupaten Bandung Barat untuk melakukan sosialisasi. “Kepada warga agar tidak melakukan tindakan yang dapat menggangu keamanan dan keselamatan perjalanan kereta cepat,” kata Hery.
Pilihan Editor: Penumpang Kereta Cepat Whoosh Menurun setelah Tarif Rp 200 Ribu? Ini Kata KCIC