TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat pasar uang Ariston Tjendra memprediksi rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pekan depan. Apa sebabnya?
Ariston menuturkan rupiah berpotensi menguat ke arah Rp 15.400 hingga Rp 15.450 per dolar AS pada pekan depan, dengan potensi resisten di kisaran Rp 15.530 sampai Rp 15.550.
Potensi penguatan rupiah terhadap dolar AS pekan depan, kata dia, didukung oleh data ekonomi AS yang dirilis pekan ini yang di bawah ekspektasi pasar. "Seperti data produk domestik bruto (PDB) kuartal tiga yang direvisi turun, 4,9 persen dari 5,2 persen," ujar Ariston kepada Tempo, Sabtu, 23 Desember 2023.
Selain itu, data ekonomi AS lainnya yang juga menjadi penyebab adalah data indikator inflasi Core PCE Price Index November yang dirilis lebih rendah, yakni 3,2 persen dibandingkan 3,4 persen pada bulan sebelumnya.
"Hasil data AS terbaru ini mendukung ekspektasi pemangkasan suku bunga acuan AS sebelum pertengahan tahun depan sesuai dengan survei di CME FedWatch Tool," ucap Ariston.
Sementara itu, tingkat imbal hasil obligasi AS masih dalam tekanan yang mengindikasikan ekspektasi pasar mengenai suku bunga acuan AS yang lebih rendah. Dia menuturkan, yield obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun masih tertekan di bawah 4,0 persen.
"Dari dalam negeri, BI masih mempertahankan kebijakan suku bunga acuannya yang menjaga spread suku bunga acuan AS dan BI masih menarik, sehingga bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah," kata Ariston.
Pilihan Editor: Gubernur BI Ungkap Kinerja Transaksi Digital Banking Tumbuh Jadi Rp 5.163 Triliun