TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah ditutup melemah 105 poin ke level Rp 15.622 per dolar Amerika Serikat (dolar AS) pada perdagangan awal pekan, Senin. Sebelumnya, rupiah sempat melemah 110 poin ke level Rp 15.517 per dolar AS.
“Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah diprediksi fluktuatif tapi ditutup melemah di kisaran Rp 15.610 hingga Rp 15.670 per dolar AS,” ujar analis sekaligus Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, dalam keterangan tertulis, Senin, 11 Desember 2023.
Dalam laporannya, Ibrahim menyoroti data non-farm payrolls (NFP) atau data tenaga kerja AS yang lebih kuat dari perkiraan. Hal ini, kata Ibrahim, membuat para pedagang mengurangi spekulasi bahwa bank sentral AS alias The Fed dapat menurunkan suku bunga pada awal 2024.
“Harga berjangka Dana Fed menunjukkan peluang 43 persen penurunan 25 basis poin pada Maret, turun dari ekspektasi sebelumnya yang lebih dari 60 persen,” tuturnya.
Menurutnya, data tenaga kerja yang kuat menandakan adanya ketahanan dalam perekonomian Amerika Serikat dan menandai potensi terjadinya soft landing. “Data inflasi AS juga tersedia pekan ini,” kata analis itu.
Selain The Fed, keputusan suku bunga dari Bank Sentral Inggris (BoE), Bank Sentral Eropa (ECB), dan Bank Nasional Swiss (Swiss National Bank) akan diumumkan pada pekan ini. “Ketiga bank tersebut kemungkinan akan memberikan sinyal suku bunga yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama,” ujarnya.
Sementara di Asia, rilis data pada akhir pekan menunjukkan inflasi indeks harga konsumen Cina yang mengalami kontraksi untuk dua bulan berturut-turut. Sementara kontraksi inflasi indeks harga produsen semakin dalam, yakni selama 14 bulan berturut-turut.
Pasalnya, Cina merupakan salah satu negara yang punya hubungan kuat dengan Indonesia sebagai mitra dagang, sehingga data inflasi tersebut memengaruhi rupiah.
Pilihan Editor: Groundbreaking Proyek IKN Tahap Tiga Bakal Dilakukan Pekan Depan