TEMPO.CO, Jakarta - Tom Lembong buka suara soal kelanjutan program hilirisasi nikel jika Anies Baswedan dan Cak Imin terpilih dalam Pilpres 2024. Co-captain Tim Nasional Pemenangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Timnas AMIN) itu memastikan pihaknya akan berorientasi pada pasar.
"Kami tidak mau menghentikan (hilirisasi nikel). Biar pasar yang mengevaluasi, pasar yang menentukan," kata Tom ketika ditemui di Gedung CSIS Jakarta pada Rabu, 6 Desember 2023.
Menurut pria bernama lengkap Thomas Trikasih Lembong itu, Anies dan Cak Imin bakal membiarkan industri nikel berkembang sesuai tren. Hanya saja, sektor itu tidak perlu lagi diberi subsidi atau perhatian khusus dari pemerintah.
Sementara itu, Tom menuturkan, Anies-Cak Imin bakal berfokus pada pengembangan sektor industri lain. Misalnya, industri tekstil, meubel, sektor jasa, hingga perhotelan. Menurutnya, sektor-sektor itu terbengkalai lantaran Presiden Jokowi terlalu berfokus pada hilirisasi nikel.
"Kami mau geser ke sektor yang belum diurus," kata Tom. "Peluang lapangan kerja juga lebih banyak di sektor padat karya yang mempekerjakan banyak orang."
Tom mengatakan peluang kerja di industri ini cenderung sedikit karena termasuk sektor padat modal, bukan padat karya. Menurutnya, pabrik mobil listrik akan lebih banyak mempekerjakan robot ketimbang manusia. Hal ini berkaca dari pengalamannya saat mengunjungi pabrik baterai di Korea Selatan.
"Dampak kontribusi ekonominya mungkin lumayan, tapi tidak berujung pada perbaikan lapangan kerja dan penghasilan pekerja," kata Tom. "Akhirnya sektor ini kebanyakan menguntungkan pemodal."
Sayangnya, Tom mengatakan, pemerintah saat ini terlalu fokus pada nikel. Padahal, menurut dia, program hilirisasi nikel tidak berorientasi pada pasar. Eks Menteri Perdagangan ini menyebut pemerintah hanya melihat harga nikel bagus dan permintaannya tinggi lantaran semua baterai mobil listrik menggunakan nikel.
Padahal, menurut dia, industri bakal mencari bahan baku lain ketika bahan baku nikel mahal dan pasokannya tidak stabil. Ia memberi contoh produksi Tesla, mobil listrik Elon Musk, di Cina yang beralih menggunakan baterai lithium forre phospate (LFP). "Sesuai prinsip dasar ekonomi, harga tinggi menyebabkan substitusi," ujar Tom Lembong.
Pilihan Editor: Tom Lembong Sebut 3 Masalah Besar Program Hilirisasi Jokowi