TEMPO.CO, Jakarta - Co-Captain Tim Nasional Pemenangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Timnas AMIN), Thomas Trikasih Lembong atau Tom Lembong, menilai program hilirisasi yang dijalankan pemerintahan Presiden Jokowi memiliki tiga masalah besar. Apa saja tiga masalah itu?
Pertama, Tom menyebut hilirisasi industri yang dijalankan saat ini tidak berorientasi pada pasar.
"Pemerintah kemarin melihat harga nikel bagus, permintaan tinggi, karena semua baterai mobil listrik pakai nikel," kata kata Tom dalam acara Diskusi Publik Pandangan Capres/Cawapres 2024-2019 tentang Kebijakan Industri, Hilirisasi dan Perubahan iklim di Gedung CSIS Jakarta, Rabu, 6 Desember 2023.
Padahal, menurut Tom, industri bakal mencari bahan baku lain ketika bahan baku nikel mahal dan pasokannya tidak stabil. Ia memberi contoh produksi Tesla, mobil listrik Elon Musk, yang beralih menggunakan baterai lithium forre phospate (LFP). "Sesuai prinsip dasar ekonomi, harga tinggi menyebabkan substitusi."
Masalah kedua, Tom mengatakan, program hilirisasi Jokowi terlalu fokus dan terobsesi pada nikel, baterai, dan kendaraan listrik. Padahal, perlu kebijakan yang lebih luas ke sektor lain. Apalagi industri nikel, baterai, dan mobil listrik termasuk industri padat modal, bukan padat karya.
"Yang bekerja robot. Mekanisme otomatitasi, sehingga sedikit sekali manusia yang bekerja di situ," kata Tom. "Akhirnya, dampak ke lapangan kerja jadi minim."
Masalah ketiga, lanjut Tom, dampak lingkungan. Eks Menteri Perdagangan ini berujar, standar lingkungan hidup di sektor pertambangan maupun smelter jauh dari yang diperlukan. Ia menyoroti kebutuhan tanah yang besar untuk menggali nikel dan dampaknya.
"Setelah nikel dikeluarkan, itu tanah jadi toksik," tutur Tom. "Dampak emisi rumah kacanya juga bikin parah krisis iklim."
Pilihan Editor: Deretan Janji Anies di Kalsel: Bangun Rel Kereta Banjarmasin-Banjarbaru, Turunkan Harga hingga Atasi Banjir Bandang