Proyek tersebut, kata Budi Karya, termasuk pembaruan kapal, penggunaan alat bantu navigasi tenaga surya, dan kewajiban laporan konsumsi bahan bakar untuk kapal berbendera Indonesia. Selain itu, mempercepat elektrifikasi fasilitas pelabuhan dan mendorong pendirian pelabuhan ramah lingkungan (green port).
Menhub juga menjelaskan kontribusi lainnya, yaitu upaya digitalisasi pelayanan di sektor pelayaran, di antaranya melalui penerapan sistem Maritime Single Window dan meningkatkan jumlah pelabuhan yang cerdas dan berkelanjutan.
“Indonesia aktif terlibat dalam pengembangan Marine Autonomous Surface Ships Code,” ucap Budi Karya. “Dan telah mengadakan lokakarya tentang Maritime Single Window bagi negara berkembang dan tertinggal, dengan bantuan dari Bank Dunia (World Bank).”
Selain itu, Indonesia juga berkontribusi dalam upaya peningkatan keselamatan pelayaran dunia. Salah satunya dengan ikut menyusun dan menandatangani Konvensi International Organization for Marine Aids to Navigation. Hal itu berkaitan dengan keselamatan navigasi pelayaran di Selat Malaka dan Singapura melalui kerja sama negara bagian pesisir lainnya.
Kontribusi juga diberikan dalam hal pengembangan sumber daya manusia (SDM) pelayaran dunia. Menurut Budi Karya, hal itu dilakukan melalui kerja sama dengan negara anggota IMO tentang peningkatan kapasitas SDM di sektor maritim melalui berbagai program pendidikan dan pelatihan sejak tahun 2019.
Selanjutnya: “Indonesia juga terlibat aktif dalam mengatasi masalah pelaut...."